بسم الله الرحمن الرحيم
Dulu pernah ada sahabat kami yg bertanya, "Bagaimana menolong agama Alloh?" waktu itu kami menjawab dengan singkat saja, "Sampeyan rutin saja mengaji". Semoga Artikel berikut ini meelengkapi jawaban kami dahulu itu :
Agama Allah tidak bisa tegak begitu saja tanpa adanya usaha, karena itu Allah Swt memerintahkan kepada kita untuk menolong agamanya;
ياأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا أَنْصَارَ اللَّهِ كَمَا قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ لِلْحَوَارِيِّينَ مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ قَالَ الْحَوَارِيُّونَ نَحْنُ أَنْصَارُ اللَّهِ
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah sebagaimana `Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”. (As-Shaff)
Maka bersambutlah para penghulu kita terhadap seruanNya, mulai dari zaman Nabi Muhammad Saw sampai sekarang;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ
“Tidak ada seorang Nabi pun yang Allah utus di tengah-tengah umatnya sebelumku kecuali terdapat di kalangan ummatnya kaum hawariyun (para pengikut yang setia) dan para sahabat yang mengikuti sunnahnya dan mentaati perintahnya.” (Muslim)
Rasul Saw juga bersabda;
لا تزال طائفة من أمتي يقاتلون على الحق ظاهرين على من ناوأهم حتى يقاتل آخرهم المسيح الدجال
“Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berperang membela kebenaran senantiasa menang dalam menghadapi orang-orang yang memusuhi mereka, hingga golongan akhir dari mereka memerangi Dajjal.” (HR. Ahmad)
Menolong agama Allah tidaklah dengan banyaknya shalat, zakat, sedekah, puasa! Itu adalah amalan untuk menolong diri sendiri dari api jahannam. Menolong agama Allah adalah dengan berjihad dijalanNya, berdakwah menyeru kepada jalanNya, dan dengan membantu orang-orang yang melaksanakan keduanya.
Jihad bertujuan untuk membela diri (Defensif) atau menyebarkan kalimat Tauhid (ofensif), seperti yang ditunjukkan oleh ayat;
وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لاَ تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ لِلّه فَإِنِ انتَهَوْاْ فَإِنَّ اللّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (Al-Anfal 39)
Nabi Saw bersabda ;
أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
Dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Aku diperintah untuk memerangi manusia sehingga bersaksi bahwa tiada ilah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, dan supaya mereka menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat. Jika mereka melakukan itu maka darah dan harta mereka mendapat perlindungan dariku, kecuali karena alasan-alasan hukum Islam. Sedangkan perhitungan terakhir mereka terserah kepada Allah.
Allah berfriman;
ومَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَنَا مِنْ لَدُنْكَ نَصِيرًا
Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdo`a : “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau !”. (An-Nisa’ 75)
Dari ayat dan hadist diatas dapat diketahui bahwa tujuan jihad adalah untuk melenyapkan fitnah yang menimpa kaum muslimin dan untuk menegakkan kalimat Tauhid.
Ancaman bagi yang tak mau melaksanakan Jihad
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَا لَكُمْ إِذَا قِيلَ لَكُمُ انْفِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ اثَّاقَلْتُمْ إِلَى الْأَرْضِ أَرَضِيتُمْ بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا مِنَ الْآخِرَةِ فَمَا مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا فِي الْآخِرَةِ إِلَّا قَلِيلٌ، إِلَّا تَنْفِرُوا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا أَلِيمًا وَيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوهُ شَيْئًا وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: “Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit.
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (At-Taubah 37-38)
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
Apabila kalian telah melakukan transaksi jual beli dengan cara `inah (riba), kalian memegang ekor sapi, kalian puas dengan sawah ladang, dan kalian telah meninggalkan jihad di jalan Allah, maka Allah akan menimpakan pada kalian kehinaan. Dia tidak akan mencabutnya dari kalian sehingga kalian kembali kepada agama kalian.“ (HR. Abu Dawud)
Rasul Saw bersabda ;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ وَلَمْ يُحَدِّثْ بِهِ نَفْسَهُ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa meninggal sedang ia belum pernah ikut berperang atau belum pernah meniatkan dirinya untuk berperang, maka ia mati di atas cabang kemunafikan.” (Muslim)
Allah juga berfirman;
انَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يُهَاجِرُوا مَا لَكُمْ مِنْ وَلايَتِهِمْ مِنْ شَيْءٍ حَتَّى يُهَاجِرُوا وَإِنِ اسْتَنْصَرُوكُمْ فِي الدِّينِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ إِلا عَلَى قَوْمٍ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِيثَاقٌ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (Al-Anfal 72)
Kemudian Allah melanjutkan sembari memberikan ancaman ;
وَالَّذِينَ كَفَرُوا بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ إِلَّا تَفْعَلُوهُ تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي الْأَرْضِ وَفَسَادٌ كَبِيرٌ
Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar. (Al-Anfal 72)
Jadi, jika kaum muslimin satu sama lain tidak mau saling melindungi, saling menguatkan, saling tolong-menolong, maka akan terjadi fitnah berupa penindasan, kedzaliman terhadap kaum muslimin, terhalangnya manusia dari Shirathal Mustaqim; jalan lurus menyembah Allah. Terbukti sekarang, dari ujung timur sampai barat akan dijumpai umat Islam ditindas, dihalang-halangi dari menjalankan syari’at. Dan fitnah ini tidak akan hilang sampai umat Islam kembali kepada Jihad.
Untuk berjihad diperlukan bekal dan persiapan baik berupa kemampuan fisik maupun peralatan perang. Allah Swt berfirman;
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآَخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfal: 60)
Lalu hal-hal apakah yang dapat kita siapkan untuk berjihad?
Berikut kami utarakan beberapa;
1-Menembak
Bahkan dalam hal ini, Rasul Saw bersabda;
{ وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ } عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ يَقُول سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ
أَلَا إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيُ أَلَا إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيُ أَلَا إِنَّ الْقُوَّةَ الرَّمْيُ
‘Uqbah bin ‘Amir berkata, “Saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan ketika beliau di atas mimbar: ‘(Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi) ‘ (Qs. Al Anfaal: 60), ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah, ketahuilah sesungguhnya kekuatan itu adalah memanah.” (Muslim)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَيُدْخِلُ بِالسَّهْمِ الْوَاحِدِ ثَلَاثَةً الْجَنَّةَ صَانِعَهُ يَحْتَسِبُ فِي صَنْعَتِهِ الْخَيْرَ وَالرَّامِيَ بِهِ وَالْمُمِدَّ بِهِ
Dari Abdullah bin ‘Abdurrahman bin Abu Husain bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya hanya dengan satu anak panah, Allah akan memasukkan tiga orang ke dalam surga; orang yang membuatnya dengan niat untuk suatu kebaikan; orang yang melemparkannya dan orang yang mempersiapkannya.” (Tirmidzi)
Bahkan, seseorang yang mahir menembak kemudian sengaja melalaikannya maka berarti ia telah kufur terhadap nikmat yang ia berikan padanya;
عَنْ عُقْبَةُ بْنُ عَامِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَرَكَ الرَّمْيَ بَعْدَ مَا عَلِمَهُ رَغْبَةً عَنْهُ فَإِنَّهَا نِعْمَةٌ كَفَرَهَا
Dari Uqbah bin Amir Rasul Saw bersabda; “Barangsiapa yang meninggalkan menembak setelah ia mengetahuinya karena tidak menyenanginya, maka sesungguhnya hal itu adalah kenikmatan yang ia kufuri.” (Abu Dawud, Nasai, Ahmad)
Kemajuan teknologi telah merevolusi kegiatan memanah menjadi menembak. Menembak tidak harus memakai senjata api, tidak mengapa berlatih menembak dengan menggunakan senapan angin. Kelak ketika diharuskan memegang senapan asli engkau akan tahu menfaatnya. Akan tetapi bagi yang mempelajari panahan tetap memperoleh keutamaan.
2-Berkuda
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْخَيْلُ لِثَلَاثَةٍ لِرَجُلٍ أَجْرٌ وَلِرَجُلٍ سِتْرٌ وَعَلَى رَجُلٍ وِزْرٌ فَأَمَّا الَّذِي لَهُ أَجْرٌ فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَأَطَالَ فِي مَرْجٍ أَوْ رَوْضَةٍ فَمَا أَصَابَتْ فِي طِيَلِهَا ذَلِكَ مِنْ الْمَرْجِ أَوْ الرَّوْضَةِ كَانَتْ لَهُ حَسَنَاتٍ وَلَوْ أَنَّهَا قَطَعَتْ طِيَلَهَا فَاسْتَنَّتْ شَرَفًا أَوْ شَرَفَيْنِ كَانَتْ أَرْوَاثُهَا وَآثَارُهَا حَسَنَاتٍ لَهُ وَلَوْ أَنَّهَا مَرَّتْ بِنَهَرٍ فَشَرِبَتْ مِنْهُ وَلَمْ يُرِدْ أَنْ يَسْقِيَهَا كَانَ ذَلِكَ حَسَنَاتٍ لَهُ وَرَجُلٌ رَبَطَهَا فَخْرًا وَرِئَاءً وَنِوَاءً لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَهِيَ وِزْرٌ عَلَى ذَلِكَ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Kuda itu ada tiga jenis. Yang pertama kuda yang bagi seorang pemiliknya menjadi pahala, yang kedua menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan dan yang ketiga mendatangkan dosa. Adapun orang yang mendapatkan pahala adalah orang yang menambat kudanya untuk kepentingan fii sabilillah dimana dia mengikatnya di ladang hijau penuh rerumputan atau taman. Apa saja yang didapatkan kuda itu selama berada dalam pengembalaan di ladang penuh rerumputan hijau atau taman maka semua akan menjadi kebaikan bagi orang itu. Seandainya talinya putus lalu kuda itu berlari sekali atau dua kali maka jejak-jejak dan kotorannya akan menjadi kebaikan bagi pemiliknya. Dan seandainya kuda itu melewati sungai lalu minum darinya sedangkan dia tidak hendak memberinya minum maka semua itu baginya adalah kebaikan. Yang kedua adalah seseorang yang menambatkan kudanya dengan kesombongan, pamer dan permusuhan terhadap Kaum Muslimin maka baginya adalah dosa disebabkan perbuatannya itu”. (Bukhari)
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي حُسَيْنٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ارْمُوا وَارْكَبُوا وَلَأَنْ تَرْمُوا أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ تَرْكَبُوا كُلُّ مَا يَلْهُو بِهِ الرَّجُلُ الْمُسْلِمُ بَاطِلٌ إِلَّا رَمْيَهُ بِقَوْسِهِ وَتَأْدِيبَهُ فَرَسَهُ وَمُلَاعَبَتَهُ أَهْلَهُ فَإِنَّهُنَّ مِنْ الْحَقِّ
Rasul Saw bersabda: “(gemarlah berlatih) melempar dan berkendara. Sungguh, kalian melempar lebih aku sukai dari pada kalian berkendaraan. Setiap permainan yang dilakukan oleh seorang laki-laki muslim adalah batil kecuali latihan dia melempar anak panah dengan busurnya, atau pengajarannya terhadap kuda tunggangannya, atau senda guraunya dengan isterinya, karena sesungguhnya itu semua termasuk kebenaran.” (Tirmidzi)
Berkuda bisa digantikan dengan berkendara sepeda motor atau mobil, kapal, maupun pesawat, akan tetapi berkuda tetap lebih baik, karena Nabi bersabda;
عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الْجَعْدِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْخَيْلُ مَعْقُودٌ فِي نَوَاصِيهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
Dari ‘Urwah bin Al Ja’di dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seekor kuda (yang digunakan untuk fii sabilillah) terikat pada ubun-ubunnya kebaikan hingga hari qiyamat”. (Bukhari)
Begitu pula dijadikannya kuda untuk sumpah Allah dalam surat Al-Adiyat meupakan bukti keagungan kuda-kuda yang digunakan untuk berjihad.
3-Berenang
عن جابر بن عبد الله وجابر بن عمير الأنصاريين عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كل شيء ليس من ذكر الله عز وجل فهو لهو أو سهو إلا أربع خصال مشي الرجل بين الغرضين وتأديبه فرسه وملاعبته أهله وتعليم السباحة
Dari Jabir bin Abdullah dan Jabir bin Umair RA, Rasul Saw bersabda: “Segala sesuatu yang bukan merupakan dzikir kepada Allah adalah perbuatan yang sia-sia dan lalai kecuali empat perkara : Berjalanya seorang laki-laki antara dua tujuan, melatih kudanya, bermain-main dengan keluarganya dan belajar berenang “ (HR. At-Thabrani)
عن مكحول : أن عمر بن الخطاب كتب إلى أهل الشام أن علموا أولادكم السباحة والرمى والفروسية
Dari Makhul, Sahabat Umar RA menulis kepada ahli Syam “Ajarilah anak-anak kalian berenang, menembak, dan berkuda.”
Berenang mampu menguatkan otot, meningkatkan fungsi kerja jantung dan paru-paru, memperbaiki kualitas pernafasan sehingga diyakini mampu mengobati asma.
4-Berjalan kaki dan berlari
عَنْ عَمْرِو بْنِ حُرَيْثٍ، قَالَ كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ يَسْتَبِقُونَ عَلَى أَقْدَامِهِمْ،
Dari ‘Amr bin Huraits; “Dahulu Para Sahabat Rasul Saw berlomba lari dengan kaki-kaki mereka”. (Ibnu Abi Ashim)
Diriwayatkan dari Az-Zuhri bahwa para Sahabat pada masa Rasulullah berlomba diatas kuda maupun kendaraan, dan beberapa laki-laki berlomba lari dengan kaki-kaki mereka.[1]
Diceritakan bahwa Syaikh Usamah bin laden senang sekali jalan kaki. Beliau juga sering berpesan agar para mujahidin melakukan perjalanan jauh. Hampir menjadi suatu kewajiban baginya untuk melakukan jalan kaki dua kali seminggu.
Berjalan kaki mempunyai manfaat sangat baik jika sampai terjadi perang gerilya terutama di hutan-hutan.
5-Berlatih ilmu-ilmu beladiri. Begitu juga olah-raga lain yang sekira dapat menguatkan otot dan membentuk fisik yang kuat. Berkata Syaikh Abdul Qadir bin Abdul Aziz;
“Batasan minimal tadrib askari adalah olahraga atau riyadlah yang keras (cukup membentuk fisik yang kuat dan mengasah kemahiran qital qarib), dengan niat yang benar InsyaAllah bermanfaat. Karena hal ini merupakan dasar setiap tadrib askari dan mudah dilakukan sekalipun di kamar yang sempit dan hal ini tidak pantas dilengahkan.”[2]
6-Belajar ilmu kedokteran, Thibbun-Nabawi, atau ilmu-ilmu pengobatan tradisional mengingat dalam pertempuran bisa sangat sulit menemukan peralatan medis.
7-Berlatih Ilmu Mekanik, ilmu Komputer, Elektronik, kimia, dan ilmu-ilmu lainnya, sekiranya berguna dalam medan Jihad.
Setelah mengetahui ini, hendaknya kaum muslimin tidak lengah dalam hal I’dad. Karena ia bisa dilakukan dengan mudah dan tentunya sesuai dengan kemampuan masing seperti yang ditunjukkan oleh firman Allah yang lalu, yakni dalam kata مَا اسْتَطَعْتُمْ (Semampu kalian).
وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلًا مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللَّهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَقَالَ إِنَّنِي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ، وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat. (Ali Imron 104-105)
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda: “Barangsiapa menunjukkan kepada kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengerjakannya.” (Muslim)
Ancaman bagi yang meninggalkan Dakwah
لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُودَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ، كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ
Telah dila’nati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Al-Maidah 78-79)
Rasul Saw bersabda ;
إنَّ النَّاسَ أَوْ الْقَوْمَ إذَا رَأَوْا الْمُنْكَرَ فَلَمْ يُغَيِّرُوهُ عَمَّهُمْ اللَّهُ بِعِقَابٍ
“Sesungguhnya manusia atau kaum jika melihat kemunkaran kemudian tidak merubahnya maka Allah kan meratakan mereka dengan siksa. (HR. Abu Dawud)
Pada zaman sekarang Dakwah bisa menjadi sangat mudah berkat bantuan Internet. Orang bisa dengan mudah menyuruh kebaikan melalui media web, blog, maupun situs jejaring sosial macam Facebook[3] maupun Twiter.
Mencari Ilmu
Seperti halnya jihad memerlukan bekal dan persiapan, demikian pula Dakwah;
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنْفِرُوا كَافَّةً فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِنْهُمْ طَائِفَةٌ لِيَتَفَقَّهُوا فِي الدِّينِ وَلِيُنْذِرُوا قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُوا إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Al-Anfal 60)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Barang siapa menempuh jalan dimana ia menuntut ilmu didalamnya, maka Allah akan memudahkan karenanya, jalan diantara jalan-jalan surga baginya. (Muslim)
Seperti halnya Jihad, dakwah juga bersifat defensif maupun ofensif. Defensif jika bertujuan melindungi diri dari kesesatan dan kemunkaran yang merajalela diantara kaum muslimin. Ofensif jika bertujuan untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam kepada orang-orang kafir atau orang orang awam yang belum mengerti perkara agamanya.
Untuk orang yang memang berniat mengambil jalan Dakwah, maka menuntut ilmu jelas merupakan suatu keharusan. Akan tetapi tidaklah dengan begitu Dakwah menjadi milik orang berilmu saja. Setiap orang hendaknya berdakwah sesuai dengan kadar yang dikuasainya, dalam hal ini Rasul Saw bersabda;
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)
3-Membantu dan mendukung orang yang berjihad dan berdakwah
Allah berfirman;
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Tolong menolonglah atas kebaikan dan taqwa dan jangan tolong menolong atas dosa dan permusuhan. (QS Al Maidah: 2)
عَنْ زَيْدُ بْنُ خَالِدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ جَهَّزَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِخَيْرٍ فَقَدْ غَزَا
Dari Zaid bin Khalid radliallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Barang siapa yang mempersiapkan (bekal) orang yang berperang di jalan Allah berarti dia telah berperang (mendapat pahala berperang). Dan barang siapa yang menjaga (menanggung urusan rumah) orang yang berperang di jalan Allah dengan baik berarti dia telah berperang”. (Bukhari)
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الصَّدَقَاتِ ظِلُّ فُسْطَاطٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَنِيحَةُ خَادِمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ طَرُوقَةُ فَحْلٍ فِي سَبِيلِ الله
Dari Abu Umamah ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sedekah yang paling utama adalah mendirikan kemah di jalan Allah, memperbantukan seorang budak di jalan Allah dan memberikan unta di jalan Allah.” (Tirmidzi)
عَنْ خُرَيْمِ بْنِ فَاتِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ كُتِبَتْ لَهُ بِسَبْعِ مِائَةِ ضِعْفٍ
“Barangsiapa berinfak di jalan Allah maka akan dituliskan untuknya tujuh ratus lipat kebaikan.” (Tirmidzi)
Sebagian contoh membantu Jihad atau Dakwah
Berinfaq. Misalnya menyumbangkan Uang, atau makanan, senjata bagi mujahid, kitab kitab bagi Ulama pendakwah maupun penuntut ilmu, tempat tinggal dan berlindung, memberikan wakaf untuk pondok maupun sekolah [4], mencukupi kebutuhan-kebutuhan mereka, dll.
Memberikan Informasi-Informasi penting bagi Mujahidin. Sebaliknya, senantiasi melindungi Mujahidin, misalnya dengan tidak membocorkan informasi keberadaan mereka kepada musuh. Membantu menyebarkan pesan-pesan yang mereka sampaikan, seperti pesan tentang keadaan sebenarnya yang terjadi di medan Jihad, sangkalan Mujahidin tentang kebohongan-kebohongan yang diteriakkan media-media kafir, menyampaikan kepada kaum Muslimin apa-apa yang disampaikan oleh para Da’i baik melalui lisan maupun tulisan.
Memboikot produk-produk yang mendukung gerakan-gerakan yang melawan dan merusak Islam, seperti gerakan zionis, liberal, sekuler, pluralisme, komunisme, kristenisasi, syiah, dsb. Dengan diboikotnya produk-produk macam ini, maka akan meringankan para Mujahidin dan para Da’i karena tersendatnya aliran dana mereka.
Senantiasa mendoakan mereka.
Janji Kemenangan dan Syarat-syaratnya
Allah akan memberikan kemenangan untuk kaum mukmin yang mau menolong agamaNya;
إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
Jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian. [Muhammad : 7]
إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الْأَشْهَادُ
“Sesungguhnya Kami benar-benar akan menolong para rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia dan pada hari para saksi berdiri untuk memberikan kesaksian (hari kiamat).” (QS. Ghafir (40): 51)
Akan tetapi, tentunya tidak dengan harga murah. Ingatlah bagaimana Allah mencabut kemenangan yang sudah dihadapan mata pada perang Uhud;
وَلَقَدْ صَدَقَكُمُ اللَّهُ وَعْدَهُ إِذْ تَحُسُّونَهُمْ بِإِذْنِهِ حَتَّى إِذَا فَشِلْتُمْ وَتَنَازَعْتُمْ فِي الْأَمْرِ وَعَصَيْتُمْ مِنْ بَعْدِ مَا أَرَاكُمْ مَا تُحِبُّونَ مِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الدُّنْيَا وَمِنْكُمْ مَنْ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ثُمَّ صَرَفَكُمْ عَنْهُمْ لِيَبْتَلِيَكُمْ وَلَقَدْ عَفَا عَنْكُمْ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
Dan sesungguhnya Allah telah memenuhi janji-Nya kepada kamu, ketika kamu membunuh mereka dengan izin-Nya sampai pada sa`at kamu lemah dan berselisih dalam urusan itu dan mendurhakai perintah (Rasul) sesudah Allah memperlihatkan kepadamu apa yang kamu sukai. Di antaramu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada orang yang menghendaki akhirat. Kemudian Allah memalingkan kamu dari mereka untuk menguji kamu, dan sesunguhnya Allah telah mema`afkan kamu. Dan Allah mempunyai karunia (yang dilimpahkan) atas orang orang yang beriman. (Ali Imron 152)
Allah juga berfirman;
وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ
Dan janganlah kalian berselisih sehingga menyebabkan kalian menjadi lemah dan hilang kekuatan kalian [An Anfal : 46]
Maka bersatu; menjauhi perselisihan dan menjauhi kemaksiatan adalah sebuah keharusan.
Begitu pula sabar dan tegar dalam menimpa cobaan merupakan keharusan dan merupakan syarat turunnya pertolongan,
بَلَى إِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا وَيَأْتُوكُمْ مِنْ فَوْرِهِمْ هَذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُمْ بِخَمْسَةِ آلَافٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُسَوِّمِينَ
Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bertakwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. (Ali Imron 125)
Jadi dapat disimpulkan bahwa syarat datangnya pertolongan Allah adalah bersatu, bertakwa dan bersabar. Dalam hal ini Sahabat Abu Dardak berkata;
أيها الناس عمل صالح قبل الغزو• إنما تقاتلون بأعمالكم
Wahai manusia kerjakanlah olehmu ‘amal sholih sebelum memasuki kancah peperangan, hanyasanya kamu sekalian bertempur dengan [berbekal] ‘amal-’amal kalian. (Bukhari)
Dari sini juga dapat diketahui bahwa perjuangan menegakkan agama Allah tidak bisa dilakukan orang-perorang tapi harus dilakukan dalam bingkai persatuan.
Ketika pasukan Muslimin hendak bertempur dengan pasukan Persi dalam perang Qadisiyyah, Sahabat Umar selaku Khalifah berpesan pada mereka;
“Amma ba’d. Maka aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang besertamu untuk selalu takwa kepada Allah dalam setiap keadaan. Karena, sesungguhnya takwa kepada Allah adalah sebaik-baik persiapan dalam menghadapi musuh dan paling hebatnya strategi dalam pertempuran.
Aku perintahkan kepadamu dan orang-orang yang bersamamu agar kalian menjadi orang yang lebih kuat dalam memelihara diri dari berbuat kemaksiatan dari musuh-musuh kalian. Karena, sesungguhnya dosa pasukan lebih ditakutkan atas mereka daripada musuh-musuh mereka dan sesungguhnya kaum muslimin meraih kemenangan tidak lain adalah karena kedurhakaan musuh-musuh mereka terhadap Allah. Kalaulah bukan karena kedurhakaan musuh-musuh itu, tidaklah kaum Muslimin memiliki kekuatan karena jumlah kita tidaklah seperti jumlah mereka (jumlah mereka lebih besar) dan kekuatan pasukan kita tidaklah seperti kekuatan pasukan mereka. Karenanya, jika kita seimbang dengan musuh dalam kedurhakaan dan maksiat kepada Allah, maka mereka memiliki kelebihan di atas kita dalam kekuatannya, dan bila kita tidak menang menghadapi mereka dengan “keutamaan” kita, maka tidak mungkin kita akan mengalahkan mereka dengan kekuatan kita.
Ketahuilah bahwa kalian memiliki pengawas-pengawas (para malaikat) dari Allah. Mereka mengetahui setiap gerak-gerik kalian karenanya malulah kalian terhadap mereka. Janganlah kalian mengatakan, “Sesungguhnya musuh kita lebih buruk dari kita sehingga tidak mungkin mereka menang atas kita meskipun kita berbuat keburukan.” Karena, berapa banyak kaum-kaum yang dikalahkan oleh orang-orang yang lebih buruk dari mereka. Sebagaimana orang-orang kafir Majusi telah mengalahkan Bani Israil setelah mereka melakukan perbuatan maksiat. Mintalah pertolongan kepada Allah bagi diri kalian sebagaimana kalian meminta kemenangan dari musuh-musuh kalian. Dan aku pun meminta hal itu kepada Allah bagi kami dan bagi kalian.”
Inilah mengapa kaum muslim dahulu bisa mengalahkan kaum kafir Romawi maupun Farsi dengan jumlah personil yang sedikit dan persenjataan yang kurang. Hal yang sama berlaku ketika Taliban berhasil menjadikan Amerika bulan-bulanan, dan kita lihat mereka sekarang bergegas lari dari bumi Afganistan. Allahu Akbar!
Menyikapi kekalahaan
Ketika syarat-syarat datangnya kemenangan tidak terpenuhi, maka datanglah kekalahan. Yang demikian jelas terlihat dalam perang Uhud. Kekalahan ini harus disikapi dengan sabar karena ia laksana api yang digunakan untuk memisahkan emas dan logam biasa. Sehingga tampaklah mana yang benar dan sungguh imannya dan tidak.
وَمَا أَصَابَكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ فَبِإِذْنِ اللَّهِ وَلِيَعْلَمَ الْمُؤْمِنِينَ وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا
Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan (perang Uhud), maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman. Dan supaya Allah mengetahui siapa orang-orang yang munafik. (Ali Imron 166-167)
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada` . Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,
وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
Dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir. (Ali Imron 141-142)
Bahkan telah datang banyak ayat yang bertujuan menyemangati dan menghibur agar tidak timbul rasa lemah dalam berjuang, diantaranya;
وَكَأَيِّنْ مِنْ نَبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar. (Ali imron 146)
Dan karena mereka menyadari bahwa bencana-bencana yang mereka temui adalah kerena dosa-dosa mereka sendiri, maka Allah kemudian mengisahkan bahwa mereka berdoa;
وَمَا كَانَ قَوْلَهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
Tidak ada do`a mereka selain ucapan: “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Ali Imron 147)
Inilah yang hendaknya dilakukan ketika tertimpa sejenak kekalahan.
Dan cukuplah dalam kisah-kisah para Rasul dan pengikutnya sebagai taudalan dalam Jihad maupun Dakwah.
وَلَقَدْ كُذِّبَتْ رُسُلٌ مِنْ قَبْلِكَ فَصَبَرُوا عَلَى مَا كُذِّبُوا وَأُوذُوا حَتَّى أَتَاهُمْ نَصْرُنَا وَلَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ وَلَقَدْ جَاءَكَ مِنْ نَبَإِ الْمُرْسَلِينَ
Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu. (Al-An’am134)
Lihatlah keberanian dan keteguhan Habib An-Najjar. Ia hanyalah orang biasa, bahkan terkucil dari kaumnya, tinggal dipelosok karena penyakit lepra kronis yang menjangkitinya, akan tetapi ia banyak bersedekah, ia bahkan bersedekah dengan setengah hasil kerjanya, dan ia merupakan orang yang teguh pandangannya. Ketika penduduk desa hendak membunuh Rasul-Rasul yang diutus pada mereka, Ia segera bergegas menolong mereka.[5] Allah berfirman mengenai keteguhannya di jalan Dakwah;
وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَاقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِينَ
Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: “Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu”.
اتَّبِعُوا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِي فَطَرَنِي وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan?
ءَأَتَّخِذُ مِنْ دُونِهِ ءَالِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّي شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُونِ
Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain Nya jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku?
إِنِّي إِذًا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata.
إِنِّي ءَامَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُونِ
Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku. (Yasin 20-25)
Ketika ia selesai mengucapkan kata-katanya, penduduk desa melemparinya dengan batu sedang ia berkata;
اللهم اهد قومي، فإنهم لا يعلمون
“Ya Allah berilah petunjuk pada kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui”
Tapi mereka tidak henti-hentinya melemparinya sehingga mereka membunuhnya sedang ia tetap mengucap kata-kata itu.[6]
Ketika itulah ia dipersilahkan masuk ke surga, ia memperoleh ampunan dan kemuliaan dari Allah atas kesyahidannya;
قِيلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَالَيْتَ قَوْمِي يَعْلَمُونَ بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّي وَجَعَلَنِي مِنَ الْمُكْرَمِينَ
Dikatakan (kepadanya): “Masuklah ke syurga” . Ia berkata: “Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui tentang ampunan Allah kepadaku dan dijadikannya aku termasuk orang-orang yang dimuliakan”. (Yasin 28-29)
Penutup
Amar Ma’ruf Nahi Munkar dan Jihad di jalan Allah adalah dua perkara yang menyangga agama Islam. Jihad melindungi dari kerusakan dari luar (orang kafir) sedang Amar Ma’ruf Nahi Munkar melindungi kerusakan Islam dari dalam. Jika tidak ada orang-orang yang mau berjihad dan berdakwah, maka pastilah Islam sudah musnah sejak dari dulu. Dijaman sekarang dimana Islam diserang dari segala penjuru, baik berupa serangan fisik maupun serangan pemikiran, kebutuhan akan orang-orang yang mau menolong agamaNya sangatlah mendesak.
Maka dari itu jadilah kalian para penolong agama Allah, adakalanya kemenangan atau Syahadah, dan masing-masing Allah janjikan surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Dan jangan jadi orang egois yang hanya peduli pada diri sendiri, pada keluarga, pada harta dan usaha yang ia miliki, tanpa peduli pada nasip Islam dan apa yang menimpa kaum Muslimin. Tidakkah kalian takut terhadap firmanNya;
قُلْ إِن كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ اللّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّى يَأْتِيَ اللّهُ بِأَمْرِهِ وَاللّهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak,saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggalyang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya,maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik. (At-Taubah 24)
Tidak ragu lagi bahwa yang demikian merupakan sifat kaum munafikin, maadzaAllah… jika sampai mati dalam keadaan menetapi cabang-cabang kemunafikan!!
Sekian, HadaanaAllah Wa Iyyakum, Wallahu A’lam.
==================================
[1] Tanbihul-Ghafilin.
[2] The Secret Jihad of Moro, Abu Ibrahim Muhammad.
[3] Yang perlu diwaspadai adalah bahwasanya Facebook milik orang yahudi. Telah banyak bukti dukungan Facebook terhadap Israel. Akan tetapi mengingat banyaknya obyek dakwah di dalamnya, maka menghindarinya juga bukan suatu hal bijak. Jadi sebisa mungkin gunakanlah Facebook justru untuk merugikan yahudi, salah satunya adalah dengan menggunakannya untuk berdakwah.
[4] Tentunya hanya untuk pondok-pondok dan sekolah yang jelas berhaluan Ahlus-Sunnah Wal-Jamaah, bukan pondok yang sudah tertular penyakit SEPILIS.
[5] Lihat Tafsir Ibnu Kastir.
[6] Tafsir Ibnu Katsir.