4. Membuat Marah Musuh :
Alloh
Ta`ala berfirman : “Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan
orang-orang Arab Baduwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut
menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka
lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri rasul. yang demikian
itu ialah Karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan
pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang
membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu
bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang
demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia- nyiakan
pahala orang-orang yang berbuat baik, ”. (Q.S. At-Taubah : 120)
Ayat
yang mulia yang terdapat dalam surat At-taubah ini dengan jelas
menyebutkan bahwa segala hal yang bisa menyebabkan marahnya musuh- musuh
Alloh, baik berupa perkataan atau perbuatan kapanpun dan bagaimanapun
adalah termasuk jihad di jalan Alloh Ta`ala.
Apalagi
ungkapan yang membuat marah orang-orang kafir itu dirangkai dalam
pembahasan tentang pahala jihad dan mujahidin. Kemudian ayat muliau ini
juga terdapat dalam surat Al-Baroah, yaitu surat terakhir yang turun
berkenaan tentang ayat-ayat jihad, dan di dalamnya secara lengkap
disebutkan tentang esensi masalah jihad.
Syeikh Abdurrohim bin Murod Asy Syafi`i berkata : “Segala hal yang bisa membuat marah dan melukai musuh adalah termasuk jihad.
Alloh
Ta`ala berfirman : “Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang
membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu
bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang
demikian itu suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia- nyiakan
pahala orang-orang yang berbuat baik”.
Rosululloh
Saw juga pernah bersabda kepada Hisan : “Sungguh menyindir orang kafir
dengan syair lebih menyakitkan bagi mereka dari pada lemparan anak
panah”. Hadits ini terdapat dalam shohihain dari hadits Aisyah. Di dalam
shohihain juga disebutkan riwayat dari hadits Baro` dengan lafadz :
“seranglah orang-orang musyrik dengan syair, karena ruhul qudus
bersamamu””. (Shuhail Al Jiyad . ibid)
Siapa
yang mengenal Amerika salibis dan mencari hal yang bisa membuat mereka
marah, akan tahu dengan baik bagaimana mereka marah dan meradang dengan
adanya media jihadi. Mereka – semoga Alloh membinasakan mereka – lebih
mengetahui esensi, pengaruh dan urgensinya dari pada yang lain.
Berapa
kali sudah kita mendengar para ikhwah jurnalis – yang ditawan di
penjara-penjara Amerika, lalu Alloh berikan kebebasan kepada mereka –
bagaimana orang-orang salib memperlakukan mereka dengan serius dan
berlangsung lama, dan memperlakukan mereka secara khusus karena
khawatir, karena mereka tahu besarnya peran para jurnalis itu di medan
perang. Kami akan ceritakan kepada Anda – akhi jurnalis – semoga Alloh
menjagamu dan melindungimu dari penangkapan dan siksaan – tentang kisah
seorang akhi muhajir dari Arab yang datang ke negeri dua aliran sungai
untuk berjihad bersama saudara-saudaranya yang Anshor. Ketika dia sampai
di bumi jihad, dia ditemui oleh masul (penanggung jawab), beliau
mengetahui pengalaman medianya, maka beliau memintanya untuk bekerja di
bagian media. Tetapi akhi muhajir tadi menolak mentah-mentah perintah
ini, dan memaksa untuk turut serta dalam aksi militer. Ketika ditanya
tentang alasannya, dia menjawab : “Aku menginginkan sesuatu yang lebih
banyak bisa menyakiti musuh- musuh Alloh Ta`ala, dan menurutku media
tidak bisa menyampaikan keinginanku …”. Sang Amirpun tidak memaksanya,
dan membiarkannya ikut beraksi bersama ikhwah lain yang berperang. Alloh
Ta`ala menakdirkannya tertangkap oleh tentara Amerika. Setelah dia
menjalani masa tahanan, dia langsung kembali bekerja, tetapi kali ini
dia pulang dengan sesuatu yang baru. Dia kembali menggeluti media.
Ketika ditanya tentang perubahan hobinya ini, dan diingatkan dengan
kerjanya yang lalu, dia menjawab : “Aku merubah opiniku sejak aku
menyaksikan bagaimana Amerika mati-matian berusaha untuk menangkap satu
jurnalis, dan mereka lebih peduli dengan urusan media dari pada militer.
Maka, Alloh membukakan hatiku untuk bergelut dengan media setelah aku
melihat dengan mata kepada sendiri besarnya luka yang ditorehkannya
kepada musuh-musuh Alloh Ta`ala dari kalangan para salibis dan
murtadin”.
Ya Ibad ~