6. Taat kepada Pemimpin :
Alloh
Ta`ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan
taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah
(Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan
lebih baik akibatnya ”. (Q.S. An- Nisa : 59)
Rosululloh
saw bersabda : “Siapa yang mentaati aku, berarti dia telah mentaati
Alloh, dan barang siapa yang bermaksiat kepadaku berarti dia juga
bermaksiat kepada Alloh. Barang siapa yang mentaati amirku berarti dia
telah mentaatiku, dan barang siapa yang bermaksiat kepada amirku berarti
dia telah bermaksiat kepadaku ”. (Muttafaqun `alaih.)
Sisi
ketaatan disini adalah bahwa Amir (atau penanggung jawab media) telah
membagi kerja dan memilih Anda untuk berkiprah di bidang ini (media),
jika Anda mentaatinya berarti Anda mentaati Alloh, tetapi jika Anda
menolaknya berarti Anda telah bemaksiat kepada Alloh. Kami juga
menganggap bahwa jurnalis itu termasuk kelompok yang sedang menuntut
ilmu, yang mana Amir telah menunjukkan untuk belajar dan mengajar …
Sebagaimana
firman Alloh Ta`ala : “ Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi
semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka
Telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya ”.
(Q.S. At Taubah : 122)
Jadi,
harus ada kelompok yang konsentrasi belajar dan mengajar para pejuang
tentang urusan-urusan agama mereka. Jika kelompok ini tidak ada, maka
kebodohan akan melanda manusia. Tidak berapa lama, pasukan pejuang di
jalan Alloh akan segera dilibas. Saat itulah Anda tidak akan bisa
menemukan orang yang bisa menyempurnakan perjalanan. Kalaupun ada, tapi
tidak akan sesuai dengan yang diharapkan untuk menjalankan pertarungan
global.
Dari
sini – akhi jurnalis – hendaknya Anda merasakan butuhnya manusia
umumnya dan para mujahidin khususnya untuk mengetahui penderitaan umat
Islam, dan menunjukkan kepada mereka jalan untuk menyelamatkan manusia
dari kekufuran, kedholiman dan kerusakan. Ini adalah tanggung jawab Anda
!! ya, Anda … bukan yang lain..!! Alloh Ta`ala berfirman : “Hendaklah
ada diantara kalian satu kelompok yang menyeru kepada kebaikan,
memerintahkan yang ma`ruf dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang- orang yang berbahagia” (QS. Ali Imron : 104). 7.
Perkataan
yang Benar : Rosululloh Saw bersabda : “Sungguh, diantara jihad
terbesar adalah kata- kata adil dihadapan penguasa jahat ”. (HR.
Tirmidzi, dan terdapat dalam shohihul jami`.)
Syeikh
Abdulloh Azzam berkata ketika memberikan ta`liq atas hadits ini :
“Karena memerangi musuh itu menyebabkan pergolakan antara harap dan
takut. Penguasa itu jika disuruh untuk berbuat baik, terkadang justru
akan menghadapkannya pada siksaan dan kematian. Di lihat dari sisi
besarnya rasa takut di sini menjadikan hal ini menjadi lebih utama,
karena kedholiman penguasa terhitung cukup banyak. Jika Anda
mencegahnya, maka manfaatnya akan dinikmati oleh banyak orang, berbeda
dengan membunuh orang kafir ”. (Ittihaful `ibad bifadhoilil jihad.)
Seorang
jurnalis muwahhid dan mukmin mengatakan dengan adil dan jujur di saat
para pengikut kebenaran berjumlah sedikit dan orang-orang jujur menjadi
langka. Jurnalis muwahhid akan menyampaikan kepada manusia tentang
gambaran sebenarnya dari jalannya pertempuran, tanpa melebihkan atau
berdusta, sebagai bentuk ketaatan kepada Robbnya yang telah berfirman : “
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang membuat-buat dusta
terhadap Allah dan mendustakan kebenaran ketika datang kepadanya?
bukankah di neraka Jahannam tersedia tempat tinggal bagi orang-orang
yang kafir? Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
membenarkannya, mereka Itulah orang-orang yang bertakwa. Mereka
memperoleh apa yang mereka kehendaki pada sisi Tuhan mereka. Demikianlah
balasan orang-orang yang berbuat baik, Agar Allah akan menutupi
(mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka
kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang
Telah mereka kerjakan ”. (QS. Az Zumar : 32-35).
Dan
peneladanan kepada yang benar dan dibenarkan (Rosul) saw yang bersabda :
“Hendaklah kamu berlaku jujur, karena kejujuran akan membawa kepada
kebaikan dan kebaikan akan menghantarkan ke surga. Tidaklah seseorang
tetap berlaku jujur dan bergelut dengan kejujuran hingga dia ditulis
disisi Alloh sebagai orang yang jujur. Dan jauhilah olehmu sikap dusta,
karena dusta akan membawa pada dosa, dan dosa akan menghantarkan ke
neraka. Tidaklah seseorang berlaku dusta dan bergelut dengan kedustaan
hingga dia ditulis disisi Alloh sebagai pendusta”. (HR. Muslim.)
Ketika
kedustaan disalah gunakan dan terjadi pemutar balikan mayoritas – jika
tidak semua – sarana media yang loyal kepada para musuh. Para jurnalis
mereka rela untuk menjadi corong kekufuran, prostitusi dan kebohongan,
serta memerangi agama dan kesucian. Maka pantaslah mereka disebut
sebagai “tukang sihir Fir`aun ”. Itulah zaman keterasingan yang
disabdakan oleh manusia yang tidak pernah berbicara dari hawa nafsunya,
Rosululloh saw : “Akan datang kepada manusia tahun-tahun penuh tipuan.
Di sana pendusta dianggap benar, sedangkan orang yang jujur dianggap
dusta. Pengkhianat dipercaya dan orang amanah dikhianati. Dan ketika itu
Ruwaibidhoh berbicara”. Ada yang bertanya : “Apakah ruwaibidhoh itu ?”.
beliau menjawab : “Lelaki dungu yang berbicara tentang urusan orang
banyak”. (Hadits hasan, silsilah shohihah oleh Albany)
Ya Ibad ~