Ya Ibad ~ 2 Mei 2011, publik dunia digegerkan dengan berita kematian Assyahid, Insya Alloh, Syaikh Usamah bin Laden. Berita itu langsung disampaikan oleh presiden AS, Barack Obama. Dengan penuh percaya diri, dia menyampaikan berita keberhasilannya itu.
‘Berhasil’, sebuah kata yang cukup dipaksakan, mengingat betapa banyak kekuatan yang telah dikeluarkan oleh Paman Sam hanya untuk menangkap seorang Usamah dan menghancurkan organisasi Al-Qaedanya. Ribuan pasukan perang beserta peralatannya yang serba canggih telah dikerahkan, termasuk perangkat intelijen dan dana milyaran dollar. Dan orang yang cerdas tentu dapat menilai siapa sebenarnya pemenang sejati dalam pertempuran ini.
Assyahid, Insya Alloh, Syaikh Usamah bin Laden, bagi kebanyakan orang memang sosok yang sangat misterius dan kontroversial. Di mata AS (dan sekutunya) dia adalah bos teroris, dalang dan inspirator dari berbagai aksi ‘terorisme’. Singkatnya, dia adalah gembong teroris yang harus segera ditangkap, hidup atau mati, berapa pun besar dana yang dibutuhkan. Maka jangan heran, kepala Assyahid, Insya Alloh, Usamah bin Ladin dihargai 50 juta dollar AS. Bahkan kongres Amerika telah menyutui untuk mengucurkan dana sebesar 40 miliar dollar Amerika untuk operasi militer, termasuk untuk memburu beliau.
Sedangkan di mata sebagian kaum Muslimin (dan masyarakat dunia) beliau adalah ikon jihad dan perlawanan masa kini. Tokoh perlawanan atas kesewang-wenangan AS. Di saat semua negara tunduk bahkan mengemis kepada AS, dia justru melawan. Ada juga kalangan yang menganggap beliau sesat dan berfaham Khawarij, dan yang lebih nyleneh ada yang menggap beliau adalah tokoh fiktif, yang tidak ada di alam nyata, atau setidaknya hanya produk intelijen Barat sebagai alat legalitas mereka untuk mengobrak-abrik negara-negara muslim.
Pemberitaan media-media Barat tentang beliau cenderung memojokkan dan tidak berimbang, bahkan terkadang fitnah. Dan sayangnya media-media lokal pun banyak yang latah karena mengambil sumber dari mereka. Sedikitnya informasi yang benar-benar bisa dipercaya terkadang membuat kita menjadi ragu-ragu dan penuh tanda tanya. Parahnya malah ada yang terjebak dalam image yang dibangun AS, padahal jelas-jelas AS merupakan musuh bagi kaum muslimin. Atau sering juga kaum muslimin terjebak dalam buruk sangka terhadap sesama muslim tanpa mengetahui detail yang sebenarnya sehingga tidak segan-segan memberikan cap yang kurang baik, teroris misalnya.
Terorisme: Istilah Kabur dan Gak Jelas
Ada kisah menarik ketika Alexander Agung menangkap seorang bajak laut. Ketika itu terjadi dialog:
“Mengapa kau berani mengacau lautan?” Tanya Alexander Agung.
“Mengapa kau berani Mengacau seluruh dunia?” bajak laut itu balik bertanya. Dia melanjutkan: “Karena aku melakukannya dengan perahu kecil maka aku disebut perompak. Kalian, karena melakukannya dengan kapal besar disebut kaisar”.
Jika kita renungkan jawaban bajak laut di atas, dan menghubungkannya dengan realitas saat ini, maka kita akan temukan betapa kaburnya istilah terorisme, tergantung perspektif atau sudut pandang orang yang melihatnya. Kini, ketika AS menyerang Afghan, Irak dan negara lain, atau sokongannya kepada Israel yang setiap hari membantai muslim Palestina, tidak ada satu pun yang menyebutnya sebagai teroris, padahal jumlah korban yang ditimbulkannya berpuluh-puluh kali lipat dari jumlah korban penyerangan WTC, yang ramai digembar-gemborkan sebagai aksi teror.
Pada awalnya, terorisme berarti tindakan kekerasan yang di maksudkan untuk menakut-nakuti lawan. Namun dalam kamus kehidupan sekarang, terorisme berarti tindakan protes yang dilakukan negara atau kelompok kecil kepada kelompok besar. Rubuhnya menara WTC dianggap aksi terorisme yang sangat sadis, tapi pembantaian AS di Vietnam, Irak, Afghan dll, tidak pernah dianggap sebagai terorisme.
Kini, setelah Assyahid, Insya Alloh, syaikh Usamah bin ladin diyatakan tewas oleh AS, sepertinya bukan berarti AS akan menghentikan kampanye Perang Melawan Teror. Yah, karena ada yang lebih besar dari itu semua, istilah teror hanya sekedar kedok belaka. Karena sejatinya yang mereka perangi adalah Islam. Dan hal ini sudah berulangkali dinyatakan oleh mereka. Persis seperti yang dikatakan seorang antropolog asal Pakistan, Akbar S. Ahmed, bahwa dua peradaban global tampaknya akan berhadapan dalam konfrontasi kompleks dalam segala tingkat aktivitas manusia. Peradaban yang satu berpangkal di negara-negara Muslim, sedangkan yang lain di dunia Barat. “Para pengamat telah melihat konfrontasi ini sebagai suatu malapetaka dan menyebutnya perang suci terakhir.”. Karena itu, terlalu polos jika sampai sekarang kita belum menyadarinya.
Jihad Tak Akan Padam
Sosok Assyahid, Insya Alloh, Syaikh Usamah bin Ladin bukanlah sosok seperti Hitler atau Soekarno, yang pandai berorasi membakar semangat pengikutnya. Dia adalah sosok yang lembut, suaranya patah-patah dan sangat datar. Dia seorang hartawan yang mewarisi kekayaan sekitar 300 juta Dollar AS, serta perusahaan raksasa di bidang konstruksi. Walau kemewah-an dunia ada di tangannya, namun beliau lebih memilih hidup di gua-gua Afghanistan, berjuang bersama mujahidin melawan Soviet (kini melawan AS), tak sungkan ikut menggali parit, memasak makanan, dan tidur di gua. Mungkin hal inilah salah satu sebab yang membuat banyak orang simpatik, sekaligus menjadi inspirasi mereka dalam membangkitkan semangat perjuangan.
Karenanya, walau Assyahid, Insya Alloh, syaikh Usamah telah berhasil dibunuh oleh AS, namun mereka tetap tidak akan bisa membunuh jihad yang diyakini Usamah dan kaum muslimin. Seperti yang dinyatakan dalam surat resmi Al-Qaeda;
“Sekali-kali tidak…. Syeikh Usamah tidak pernah membangun tandzim yang akan mati dengan kematian beliau, dan lenyap sepeninggal beliau, “Mereka hendak memadamkan cahaya Alloh dengan mulut-mulut mereka, dan Alloh akan menyempurnakan cahayanya meskipun orang-orang kafir tidak suka. Dialah yang telah mengutus Rosul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar, agar Dia memenangkannya diatas semua agama yang ada meskipun orang-orang musyrik tidak suka”. (QS. Shoff : 8-9)
Menteri Dalam Negeri AS Michael Chertoff pernah berujar dengan nada frustasi: “Walaupun Al Qaeda sempat melemah pada 9/11, saat ini kekuatan mereka tumbuh kembali, maka dari itu AS masih akan menghadapi masalah yang berkelanjutan”. Dinas intelijen AS dan para analisis menilai Al Qaeda pimpinan Osama telah menggalang kekuatan dan semakin kuat.
PJ Crowley, analisis keamanan dan kemajuan AS berpendapat: “Bahwa Irak merupakan berkah bagi Al Qaeda karena AS menangkap umpan mereka.”
Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Mike German, mantan agen anti terorisme FBI. Dia mengungkapkan, “perang Irak memberi kemudahan bagi Al Qaeda untuk membunuh warga AS melalui afiliasinya di Irak”. Sementara itu Thomas Kean dan Lee Hamilton dari Washington Post berpendapat, “tidak ada konflik yang butuh paling banyak waktu, perhatian, dana, dukungan dan korban jiwa selain perang Irak, ini menjadi rekrutmen dan pelatihan yang kuat bagi Al Qaeda”.
Jika cahaya Islam dan Jihad bisa padam dengan terbunuh atau meninggalnya seseorang, niscaya cahaya tersebut sudah lenyap sejak hari meninggalnya Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, atau niscaya lembarannya akan dilipat sejak hari Amirul Mukminin Umar bersimbah darah di mihrabnya, Utsman di hadapan mushhafnya dan Ali di tengah perjalannya -semoga Alloh meridhoi mereka semua-. Namun Jihad akan terus berkobar, selamanya, hingga hari kiamat.
Wallohu a’lam.