Ya Ibad ~"Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kluda-kuda yang ditambat untuk berperang (yg dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Alloh dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yg kamu tidak mengetahuinya, sedang Alloh mengetahuinya." (Qs. Al Anfal (8) ayat 60)
I'dad (melakukan persiapan) merupakan suatu kewajiban yg bergandengan dengan kewajiban jihad. Ayat di atas memerintahkan kita untuk mempersiapkan segala kekuatan yang kita mampu. Walau dalam sebuah hadist dijelaskan bahwa maksud kekuatan pada ayat di atas adalah melempar (baca: menembak) namun para 'ulama juga menyatakan bahwa kekuatan di sini tidak terbatas pada kekuatan fisik namun juga non fisik. Dari sinilah kita mengenal istilah I'dad Ma'nawi dan I'dad Maadi.
I'dad Ma'nawi atau sering juga disebut I'dad Imani atau Ruhi merupakan hal yg teramat penting dan tidak bisa dianggap remeh. Bahkan I'dad inilah yang paling membutuhkan waktu yang lama dalam pelaksanaannya. Dia mencakup aspek keimanan dan mental seorang pejuang. Tentang penyucian jiwa dan penguasaan ilmu-ilmu syar'i. Kekuatan imani yg ada dalam qolbu inilah sejatinya kekuatan yg haqiqi bagi kaum muslimin. Dan dalam lintasan sejarah hal ini bisa kita buktikan. Banyak peperangan yg telah dimenangkan oleh kaum muslimin padahal saat itu kekuatan musuh jauh lebih unggul hanya karena kekuatan Iman. Apalah gunanya kekuatan senjata jika para pemenangnya adalah org-org yang memiliki mental yang rendah? Kekuatan Iman dan kesucian Jiwa inilah yg akan memproduksi sikap ksatria sejati. Mereka yag memiliki kekuatan Iman dan kebersihan tauhid akan tetap merasa tenang walau dalam keadaan gawat sekalipun dan akan tetap berani walau dihadapan musuh yg berlipat-lipat jumlah dan kekuatannya, bersabar dalam menghadapi panasnya bara api peperangan. Mereka akan teguh bergantung pada kekuatan Yang Maha Kuat.
I'dad Ma'nawi ini bisa dilakukan dengan cara menjalin kedekatan dg Alloh Azza Wa jalla, dengan memurnikan tauhid dan mempergiat ibadah, kemudian ditopang dengan ilmu syar'i yang kokoh sebagai pondasi. Tahapan I'dad Ma'nawi ini bukanlah tahapan yg singkat. Ia merupakan proses panjang yg berkelanjutan. Itulah ruh seorang pejuang bahkan itulah kehidupan seorang pejuang.
Dan tidak kalah penting dari itu adalah i'dad Maadi atau disebut juga I'dad Jasadi. I'dad Maadi mencakup segala aspek kekuatan fisik berupa kesehatan dan kekuatan tubuh serta kekuatan senjata. Tidak ada perbedaan akan pentingnya dua macam I'dad ini. Mereka yg gemar melakukan I'dad Ruhi dengan rajin menuntut ilmu, menelaah kitab, mentarbiyah jiwa, bahkan tidak pernah keluar dari mihrabnya untuk berdzikir, namun enggan melakukan i'dad Jasadi, tidak pernah melatih fisik, mencoba mengenal senjata (walaupun hanya sekedar namanya, apalagi cara menggunakannya), padahal dia sanggup untuk itu, maka jelas dia keliru.
Dan begitu juga sebaliknya, mereka yang rajin berlatih fisik, gemar berlatih senjata dan mengenal dengan baik jenis-jenis dan cara menggunakannya, namun mengenyampingkan I'dad Ruhi, sehingga untuk sholat berjamaah di mesjidpun malas, enggan mendatangi majelis-majelis Ilmu, maka sejatinya dia juga keliru. Kekuatan tanpa Keimanan adalah Kedzholiman, Keimanan tanpa kekuatan adalah Kelemahan.
Lihatlah para generasi salaf, mereka adalah singa-singa perkasa di siang hari, dan rahib di malam hari. Mereka giat melatih jiwa dengan beribadah dan mendekat (taqorub) kepada Alloh, memurnikan tauhid dan menuntut ilmu syar'i. Tapi mereka juga para lelaki perkasa yang piawai menggunkan berbagai jenis senjata di zamannya. Sampeyan sudah mengenal keperkasaan Umar Bin khothob Ra di medan laga, yg mampu menebas 10 kepala dalam sekali tebas, tetapi sampeyan juga ingat betapa 'cengengnya' beliau ketika sholat. Sampeyan mengenal kehebatan Sa'ad Bin Abi Waqqosh dalam membidik anak panah, tetapi juga mengenal kezuhudannya. Dan masih ada ribuan nama selain mereka.
Pembaca yang Budiman, Sekarang lihatlah keadaan kaum muslimin, banyak dari mereka yg tidak melaksanakan ibadah agung ini. Kita jumpai ada dari mereka yg gemar melatih jiwa, giat menuntut ilmu, dahi mereka hitam bekas sujud, rajin shoum sunnah, namun mereka enggan untuk melakukan I'dad Maadi. Jangankan mengetahui cara menembak, ketika di sebut nama AK-47 mereka kira adalah sebuah software aplikasi, ketika disebut SIG 550 mereka kira jenis dan model Handphone terbaru. :)
Ada lagi kelompok kedua yg giat berlatih fisik, tahu jenis-jenis senjata dan tahu cara menggunakannya, namun sayang mereka enggan melatih jiwa, malas beribadah dan tidak pernah mendatangi majelis-majelis syar'i, bahkan ada yg dengan remehnya mengatakan, "memang ana males ke masjid, tapi kalo ada panggilan jihad ana langsung berangkat !". wah.. wah .. wahh..
Monggo tanyakan pada diri sampeyan sendiri, "masuk kelompok manakah saya ini ?", "Dimanakah posisi saya ?". Semoga sampeyan tidak termasuk kelompok pertama atau kelompok kedua tsb di atas, apalagi kelompok yang tidak melaksanakan I'dad Ma'nawi tidak juga I'dad maadi. Semoga sampeyan tergolong org yg menyeimbangkan keduanya. Aamiin.
Perhatikanlah perkataan Syaikh Ibnu Taimiyah rohimahulloh berikut ini, "Wajib mempersiapkan untuk jihad dengan i'dad kekuatan dan kuda-kuda yg ditambatkan saat ummat lemah untuk berjihad. Sesungguhnya perkara yg mana kewajiban tidak menjadi sempurna kecuali dg adanya perkara tersebut, maka perkara itu menjadi WAJIB" (Majmu' Fatawa 28/355).
Muhammad Bin Ahmad As-salim menulis, "Belajarlah menembak. Jika tidak memungkinkan maka bisa dengan melempar, atau apa saja sesuai dengan kemampuanmu. Akrabkan dirimu dengan senjata karena disitulah terdapat 'izzah dan kejayaan. Sungguh mengherankan manakala sampeyan melihat org yg sudah beruban jenggotnya, namun tidak pernah sama sekali melihat senjata dengan mata kepalanya. Betapa anaeh org yg berniat untuk berjihad namun tidak mengetahui bagaimana memegang senjata !. Tidak diragukan bahwa setiap org yg mampu belajar menembak atau melempar, namun dia tidak mempelajarinya, maka dia berdosa". (39 Washilah Li Khidmatil Jihad Wal Mujahidin Fie Sabilillah).
Dengarlah apa yg diwasiatkan Rosululloh Saw kepad org-org Bani Aslam yg sedang berlomba memanah, "Wahai keturunan Ismail, melemparlah kalian. Sesungguhnya bapak kalian dulu adalah seorang pelempar". (HR. Bukhori, 2684)
Dengarlah apa yg dinasihatkan oleh Umar Bin Khothob Ra, "ajarilah anak-anak kalian melempar dan menunggang kuda". (seperti yg diriwayatkan oleh Makhul).
Ali bin abi Tholib berkata, " tidak pernah aku melihat Rosululloh mengumpulkan kedua org tuanya untuk seseorangpun kecuali kepada Sa'ad. Beliau bersabda kepadanya, 'Lemparlah wahai Sa'ad, bapak ibuku sebagai tebusan.'" (HR. Muslim : 4429)
Rosululloh Saw bersabda, ketika beliau di atas mimbar, " dan perdiapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yg kalian sanggupi. dan ingatlah, Kekuatan itu adalah melempar, kekuatan itu melempar, kekuatan itu melempar" (HR. Muslim)
Demikianlah pembaca yg budiman, Inilah amalan Jihad. dan Jihad adalah sunnah tathowwu yg paling utama. bahkan lebih utama dari tathowwwu haji dan selainnya. Wallohu a'lam.
[Tabshirah Edisi Kedua]