Assalamu'alaikum Wr Wb.
Ba'da Hamdalah wa Tasbih wa syahadat wa sholawat...
Jama'ah Ya Ibad yg saya cintai, izinkan saya untuk mengingatkan sampeyan kabeh, bahwa Islam adalah tali yg sangat kuat yg menghubungkan jiwa raga kita kepada Alloh SWT. Dan izinkan saya untuk mengingatkan bahwa, Agama yg kita peluk ini (Al Islam) adalah Agama Tauhid. Tidaklah seseorang tersebut dianggap sebagai Muslim (orang Islam) jika dia Tidak ber-Tauhid. Oleh sebab itu, saya ingatkan sampeyan dengan Terjemahan Ayat Suci Al Qur'an: ... Famay yakfur bit thoghuti wa yu'mim billahi, faqodistamsaka bil 'urwatil wutsqo ... barangsiapa yg kufur kepada thoghut dan beriman kepada Alloh saja, maka dia telah berpegang kepada tali yg sangat kuat ...(QS. 2 ayat 256) ...
Jika hanya "sekedar"
Beriman kepada Alloh, hal itu banyak dilakukan orang-orang kafir.
Bahkan kafir-kafir Quraisy ketika ditanyakan kepada mereka siapakah yg
menciptakan langit dan bumi ? maka mereka menjawab : Alloh yg
menciptakan langit dan bumi. Tetapi keimanan yang tidakk didahului dengan mengkufuri thoghut maka akan menjadi keimanan yg bercampur dengan SYIRIK. Pemilik keimanan semacam ini tidak layak mendapat predikat sebagai Mukmin melainkan Musyrik.
Karena ini menyangkut 'ulumul tauhid, pemahaman terhadap ayat tsb diatas menjadi sangat dibutuhkan oleh setiap muslimin/muslimat. Selintas dalam ayat tsb, Syarat utama untuk menjadi orang yg ber-iman (tidak cacat tauhid) maka mestilah lebih dahulu Kufur Kepada Thoghut untuk kemudian Beriman Kepada Alloh saja.
Jama'ah Ya Ibad yg saya cintai,
Sampeyan tak akan pernah bisa mengkufuri thoghut jika sampeyan tak memahami makna thoghut itu sendiri.
Lalu, apakah makna Thoghut menurut Al Qur'an dan Assunnah sesuai dengan pemahaman Assalafus sholeh (Nabi, sahabat, tabi'in, dan tabi'ut tabi'in)? Dan Lalu bagaimanakah Para 'ulama menafsirkan kata THOGHUT tsb di atas? Silakan sampeyan kaji sendiri. Silakan sampeyan cari sendiri.
Saya,
guru besar yaibad, hanya mengingatkan, bahwa dalam upaya sampeyan mengkaji Islam, Al qur'an dan Assunnah tidak boleh semata dipahami dengan OTAK dan HAWA NAFSU sampeyan sendiri. Dalam memahami Al Qur'an dan Assunnah sebaiknya sampeyan merujuk kepada TAFSIR-TAFSIR Para 'ulama yg MUKTABAR yang telah terkenal kesholehan perilaku dan kedalaman 'ilmu-'ilmunya. Tujuannya agar supaya supaya sampeyan tidak sesat atau bahkan menyesatkan orang lain tanpa sampeyan sadari.
Wallohu a'lam bisshowab.
Alhamdulillah ... billahit taufiq wal hidayah ....
Wassalamu'alaikum Wr Wb...
Ya Ibad