Ya Ibad ~ Kuliah Jihadi, Oleh Syaikh Abu Mush’ab As Suri (Umar Abdul Hakim), Fakkallohu ‘asroh (semoga Alloh membebaskannya)
Mengenai metode kami, teori militer kami dilahirkan dari berbagai pelajaran yang didapat melalui pengalaman dalam kancah jihad, serta setelah bertahan dan hidup secara langsung di parit-parit perjuangan melalui berbagai dinamika dan fase. Dari pengalaman nyata inilah aku merumuskan teori praktis, sebagaimana telah aku jelaskan.
Teori seperti ini hanya dapat dirumuskan oleh mereka yang terlibat secara aktif dalam kancah jihad, bersama perkenan Allah Subhanahu wa ta’ala. Teori ini ditulis langsung di medan perang. Berbagai detail dari ide yang dirumuskan ini merupakan rangkuman yang didapat lewat pengalaman nyata di lapangan, dan juga hasil perenungan para Mujahidin ketika mereka rehat sejenak di medan perang. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kami bagian dari mereka.
Aku fokuskan perhatian pada satu hal penting ini, yaitu:Hampir semua penjelasan yang aku tuliskan di sini adalah ijtihad militer organisasional yang spesifik, berdasarkan pengalaman pribadi, penelitian dan perbandingan, diskusi dan bertukar pikiran dengan segenap pimpinan Jihad dan kader-kadernya. (Jadi) hampir semua hal yang aku tuliskan ini bukanlah doktrin (dogmatis) atau sebuah hukum pasti yang mesti disikapi seperti menyikapi halal dan haram. Tetapi, ia lebih sebagai buah pemikiran dan pertimbangan pribadi yang diambil dari pengalaman, pendapat, peperangan, dan strategi. (maksudnya, butir-butir yang dituangkan dalam Da’wah Muqowwamah adalah ‘petunjuk strategi perjuangan dan manhaj yang bersifat dinamis, sehingga bisa disikapi secara kritis. Pent)
Pada musim panas 1991, aku telah mulai menyemai benih dari pemikiran aku, ketika tanda peringatan (operasi) Badai Gurun dan deru anginnya menerpa kami di Afghanistan. Kemudian, aku mengembangkan lebih lanjut bersama berbagai tribulasi dan goncangan yang melanda pengalaman jihadi terbaru di Aljazair. Kemudian disempurnakan dan semakin matang hingga membentuk nyata dalam pemikiran aku di kamp-kamp militer dan ketika menyertai pertempuran garis depan bersama para pejuang Imaroh Islam (Taliban. Pent).
Aku mencoba menerapkan pemikiran strategis ini bersama Imaroh Islam. Kemudian datang (peristiwa) September, dan aku dapat mencurahkan secara total perhatian aku untuk merumuskan ide ini ke dalam versi final, setelah berbagai tuduhan, penganiayaan, serta pengejaran mengancam kami hingga hampir kami dipenjara atau terkena tahanan rumah. Tetapi keuntungannya, dalam masa-masa itu aku dapat mencurahkan lebih dalam segala upaya untuk melanjutkan projek ini, berpikir, merevisi, dan menulis ulang.
Tiga tahun berlalu semenjak Imaroh Islam jatuh (akibat penyerbuan balatentara salib Amerika pasca 9/11. Pent), dan berbagai peristiwa historis terjadi yang mengubah wajah peradaban serta perjalanan sejarah. Kampanye (perang melawan teror/ WOT: War on Terror) Amerika dimulai, dengan metode dan pendekatan militer yang baru, dan serangan massif berskala penuh dilancarkan ke seluruh penjuru dunia. Kesemua hal itu membuat aku semakin yakin tentang kebenaran (empiris) atas ide ini – Allahu’alam. Aku merasa mantap dengannya, dan perasaan ini menolong aku untuk mengembangkan lebih sempurna ide ini, menyesuaikannya, sehingga ia sejalan dengan kenyataan yang baru. Perimbangan kekuatan antara musuh dengan kami telah berubah total. Bandul timbangan kekuatan (awalnya) condong kepada keinginan mereka, kemudian menjadi runtuh.
Demikian, antara kami dengan mereka tidak ada lagi perimbangan kekuatan material atau militer. Sungguh tak dapat diperbandingkan… (apalagi) jika kita memutuskan untuk berkonfrontasi langsung (menghadapi mereka), kendati kita memahaminya sebagai faridlah (kewajiban-kewajiban agama) – dan memang itu benar. Aku memandang, ide seperti ini (strategi konfrontasi), di mana aku akan jelaskan lebih lanjut pada bagian ini, insya Allah, hanya akan berjalan, berdasarkan perspektif prakondisi teori konfrontasi total. Aku memohon kepadaNya agar melimpahkan kemenangan, karunia, taufik petunjuk, keberkahan. Semoga Allah Yang Maha Pemurah mengabulkan doa aku. Sungguh Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.
Ulasan Mengenai Berbagai Strategi dan Metode Jihad (1963 – 2001)
Sebagaimana telah aku jelaskan secara detil pada bab keenam dan ketujuh kitab jilid 1, pengalaman jihadi dimulai pada awal era 1960an, dan terus berlangsung hingga September 2001, ketika (tata) dunia baru dimulai…
Para pengamat dari berbagai pengalaman jihadi ini dapat mengelompokkan pendekatan strategi jihadi dan metode konfrontasi yang digunakan, dalam tiga mazhab jihad. Setiap pengalaman jihadi yang terjadi pada rentang waktu tersebut (1960 -2001) dapat dikelompokkan ke dalam salah satu dari tiga mazhab jihad tersebut. Rinciannya sebagai berikut:
1. Mazhab Organisasi Militer Rahasia (regional-rahasia-hierarkis)
2. Mazhab Front Terbuka dan Konfrontasi Terang-terangan
3. Mazhab Jihad Individual dan Sel Kecil Irhab
A. Mazhab Organisasi Militer Rahasia (regional-rahasia-hierarkis)Ini adalah jenis pendekatan dan pengalaman jihad yang telah aku ceritakan sebelumnya. Mereka mengadopsi ideologi jihadi dan melaksanakannya melalui tanzhim/organisasi yang beroperasi pada satu basis teritorial/regional tertentu, melalui sistem rahasia dan jaringan hierarkis (sel terstruktur). Tujuan utama adalah untuk menggulingkan pemerintahan dan sistem yang ada, kemudian menerapkan sistem islami melalui jihad bersenjata.
Ringkasan hasil:
Kegagalan militer; kalah di medan perang
Kegagalan amniyah (keamanan); tersingkap dan bubarnya organisasi rahasia
Kegagalan da’wah; tidak mampu memobilisasi umat mayoritas untuk mendukung jihad.
Kegagalan tarbiyah (pembinaan); pembinaan tidak dapat berjalan baik karena kerahasiaan
Kegagalan siyasi (politik); tujuan yang ditetapkan tidak tercapai
Simpulan hasil: kegagalan total di seluruh level.
B. Mazhab Front Terbuka dan Konfrontasi Terang-teranganIni adalah corak pendekatan jihad di arena atau medan konfrontasi terbuka. Yang paling masyur adalah Afghanistan, Bosnia, dan Chechnya. Metode yang digunakan adalah berkonfrontasi (dengan musuh) dari basis permanen, dan taktik gerilya semi-reguler.
Ringkasan hasil :
· Dari segi militer mendapatkan sukses secara umum
· Sukses dari segi keamanan, dengan membatasi fungsi intelijen
· Sukses dari segi da’wah, mampu memobilisasi umat Islam untuk mendukung isu jihad
· Sukses pada beberapa segi pembinaan, dapat mengorganisir kamp militer dan melakukan pembinaan langsung di medan perang
· Kegagalan politik, kecuali dalam kasus Afghanistan yang berhasil mendirikan daulah islam
Simpulan hasil: secara umum sukses, dan untuk Afghanistan sukses total.
C. Mazhab Jihad Individual dan Sel Kecil IrhabyIni adalah jenis strategi yang mengandalkan operasi satu – satu yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok-kelompok kecil. Beberapa contoh dari model strategi ini:
· Sayyid Nushair Al Mishri yang berhasil membunuh Rabi Meir
· Kahane, pimpinan gerakan zionis radikal Kahane Chai di Amerika
· Ramzi Yusuf al Balukhi, dengan percobaan pertama menghancurkan WTC di New York
· Al Daqamsa, seorang Yordania yang membunuh wanita zionis di perbatasan Jordan – Israel
· Sulaiman Al Katsir Al Mishri, yang membunuh tentara perbatasan Israel
· Berbagai operasi jihadi selama Perang Teluk
· Dll
Ringkasan hasil:
· Sukses militer: menimpakan goncangan kepada musuh dan menteror mereka
· Sukses keamanan: karena ini jenis operasi yang jika gagal tidak akan berpengaruh terhadap pembentukan sel atau individu jihadi yang baru
· Sukses da’wah: dapat memobilisasi Umat
· Kegagalan pembinaan: tidak adanya program pembinaan
· Kegagalan politik: tidak adanya program atau strategi yang mengarahkannya menjadi fenomena untuk meraih tujuan yang lebih besar
Simpulan hasil: sukses dalam memukul musuh dan membangkitkan umat Islam
Mari kita mendiskusikan tiga mazhab jihadi ini, dalam rangka mencari pendekatan yang lebih baik dan efektif untuk kita terapkan dalam perlawanan Islam di masa sekarang.
Sebagaimana telah aku ringkaskan di atas, jenis pendekatan jihadi yang pertama mengalami kegagalan total di semua levelnya. Aku tidak bermaksud menyampaikan ini sebagai kritik dari luar. Bahkan, aku pernah terlibat di dalamnya (dalam salah satu tanzhim jihadi) sebagai pimpinan, agitator, maupun perancang strategi organisasi. Aku memohon kepada Allah agar menerima seluruh amal kami.
Tetapi aku melihat kepada semua metode ini sebagai sebuah sarana, bukan sebuah ‘berhala’. Karena itu kita hendaknya dapat kritis menelaahnya untuk menemukan metode terbaik yang akan membawa kesuksesan kepada kita, dan meninggalkan metode yang telah ‘usang’ ditelan jaman. Jika tidak, maka kita juga bisa ditelan jaman.
Hal ini benar. Aku tadi telah menyebutkan peristiwa September sebagai tonggak pemisah yang menandakan berakhirnya era strategi jihad dengan pendekatan organisasi rahasia – khususnya di wilayah arab. Berbagai respon (setelah peristiwa September) telah menghancurkan secara kolektif berbagai tanzhim jihadi yang tersisa, meninggalkan para prajuritnya terbunuh, atau tertangkap. Tetapi ini bukanlah alasan utama ‘dihapuskannya’ mazhab jihadi ini. Pada prakteknya, mazhab ini telah ‘lenyap’ sejak sepuluh tahun sebelumnya, yaitu pada saat dimulainya Tata Dunia Baru pada 1990.
Selama dekade terakhir di abad 20, program perang melawan terorisme telah mampu membubarkan berbagai organisasi jihadi rahasia, mengalahkan mereka secara militer, mengisolasi mereka dari masyarakat pendukung dan simpatisan, mencederai citra mereka, mengeringkan dari sumber finansial dan sumber daya lainnya, membuat segenap elemennya menjadi pengungsi/pelarian (tidak punya rumah), menempatkan mereka dalam kondisi ketakutan konstan, kelaparan, kehilangan modal dan pendukung. Ini adalah realitas yang aku ketahui, sebagaimana para jihadis senior yang lain juga sama mengetahui seperti aku.
Secara bertahap, berbagai organisasi rahasia jihadi itu punah atau bubar, dan grup-grup kecil yang tersisa menjadi pengungsi di timur atau di barat, dikejar-kejar, bersama keluarga mereka, dan anak-anak mereka. Kaum pelarian karena agama dan aqidah, di sana sini diintai bahaya, keadaan ini tentu sulit membuat mereka menjadi produktif…
Rezim firaun Hasan II telah memusnahkan, bahkan sebelum tumbuh bertunas, usaha membentuk tanzhim jihadi ‘Organisasi Pemuda Maroko’ (tanzhim al shabibah al maghribiyah) di Maroko pada akhir 1960an. Hal yang sama juga berhasil dilakukan oleh rezim Khadli Bendjedid di Aljazair pada pertengahan 1970an, ketika mereka menghancurkan ‘Gerakan Negara Islam’ (harokat ad daulah al islamiyah) tanpa kesulitan berarti.
Dinas rahasia rezim zindiq Baats Nushairi di Syria berhasil menghancurkan ‘Pejuang Pelopor Ikhwanul Muslimin’ (at tali’ah al muqotilah lil ikhwanul muslimin)setelah bergulat menghadapi revolusi bersenjata selama satu dekade, sepuluh tahun sebelum ditetapkannya Tata Dunia Baru, duapuluh tahun sebelum September… dan mereka memusnahkannya secara total.
Rezim firaun Mesir yang jahat di bawah kepemimpinan Hosni Mubarak (semoga Allah tidak memberkatinya) mampu mengakhiri seluruh tanzhim jihadi di Mesir, satu persatu. Yang terakhir dari mereka adalah organisasi rahasia Jamaatul Jihad dan Jamaah Islamiyah, yang berhasil dihancurkan pada pertengahan 1990an. Dinas intelijen Mesir berhasil membubarkan organisasi mereka, dan hampir seluruh pimpinannya serta segenap pengikutnya ditangkap. Hal ini terjadi jauh beberapa tahun sebelum Peristiwa September.
Anda juga dapat melihat hal yang sama terjadi di Libya, di mana rezim Khadaffi berhasil mematahkan dua percobaan utama, pada pertengahan 1980an dan pada pertengahan 1990an.
Kejadian ini berulang ketika organisasi-organisasi jihadi di setiap negara arab dan islam terlibat pertarungan, bahkan saat menghadapi organisasi keamanan dan intelijen paling lemah di negara arab dan islam! Aku menekankan kembali hal (penting) ini, sebagaimana detil dari berbagai peristiwa telah aku jelaskan pada bab 6 – 7 di jilid pertama kitab ini. Kulminasi (puncak) dari penyapuan besar dan sukses luar biasa dinas keamanan rezim arab, adalah ketika membasmi percobaan jihadi di Aljazair pada masa antara 1991 dan 1997, meski kita juga harus mengakui adanya beberapa kondisi yang menguntungkan untuk meraih sukses dalam beberapa segi dari pengalaman jihadi ini. Kemudian, berbagai tanzhim jihadi rahasia menghilang denyutnya di Yaman dan Libanon menjelang akhir abad 20.
Dinas rahasia dan intelijen rezim regional di negeri-negeri kita telah mampu mematahkan berbagai percobaan jihadi, disebabkan adanya sistem koordinasi antar negara dan dalam lingkup regional arab. Dan hasilnya semakin terlihat manakala koordinasi itu dijalin dalam lingkup level internasional. Sebagaimana telah aku jelaskan secara rinci di atas, maka mari kita simpulkan beberapa analisis hasil dari metode jihadi kita:
Organisasi jihadi rahasia kita telah dikalahkan secara militer dalam seluruh konfrontasi. Ya bahwa kita memenangkan beberapa pertempuran, tetapi dalam skala perang kita kalah dalam seluruh pengalaman jihadi dan konfrontasi itu. (war – perang, adalah sekumpulan dari battles – pertempuran. Pent). Aku tidak akan berlama-lama mengargumentasikan hal ini secara keras kepala, karena realitas atau pengalaman empiris adalah bukti terbaik.
Organisasi jihadi rahasia kita telah dikalahkan dalam segi keamanan, sel-sel mereka dapat diungkap dan dibubarkan, dan berbagai usaha untuk membangunnya kembali dapat dipatahkan. Sistem keamanan musuh telah mencapai level di mana mereka mampu bahkan untuk mendeteksi setiap usaha membangun sel baru, dan melancarkan serangan telak untuk memusnahkannya, sebelum sel tersebut didirikan, atau pada tahap embrio.
Dalam berbagai pengalaman jihadi itu, kita gagal secara drastis untuk melancarkan agitasi jihad. Tanzhim-tanzhim jihadi tidak mampu untuk menjangkau ummat, atau setidaknya menjadi gerakan populer (yang mendapat simpati massa), kendati apa yang mereka perjuangkan adalah kebenaran. Jumlah pendukung mereka tidak mampu melampaui ratusan, bahkan belasan, di dalam level negara dengan jumlah penduduk muslim jutaan.
Berbagai tanzhim jihadi kita juga gagal dalam level pembinaan, persiapan, dan pelatihan anggota-anggota mereka dalam berkonfrontasi di medan ideologi, doktrin, program, keamanan, juga dalam domain politik dan militer… kecuali pada beberapa kasus terbatas. Hal ini terlihat nyata setelah konfrontasi dengan musuh dimulai, karena tidak ada satupun organisasi rahasia tersebut mampu untuk menyelesaikan program yang lengkap dalam rangka menyiapkan dan membangun struktur dan kader baru, lewat slogan ‘pembinaan melalui pengalaman langsung di medan pertempuran’ (al binaa min khilaal al ma’rakah), karena kerahasiaan dan kondisi keamanan mencegah mereka melakukan hal itu dengan baik. Dalam masa konfrontasi itu, segenap kader dan simpatisan yang telah terbentuk melalu proses panjang pembinaan ‘habis terpakai’ (terbunuh syahid atau tertangkap), sementara level pembinaan tidak mampu membangun basis kader baru. Hal ini terjadi pada hampir semua pengalaman jihadi itu.
Sebagai kesimpulan penutup, terkait berbagai kegagalan yang tadi telah dirinci, kegagalan total itu termanifestasi dengan kenyataan gagalnya berbagai percobaan jihadi tersebut untuk meraih tujuan-tujuan umum proyeknya.
Kini, berdasarkan ringkasan analisis yang telah disampaikan, mari kita fokuskan perhatian melakukan analisa perbandingan terhadap metode-metode jihadi tersebut, jika kita tempatkan pada kondisi dan situasi nyata saat kini, setelah berdirinya Tata Dunia Baru (The New World Order), khususnya setelah Peristiwa September, dan setelah kampanye massif perang melawan terorisme digencarkan di seluruh dunia.
Jika metode organisasi rahasia –hierarkis-regional mengalami kegagalan ketika berkonfrontasi menghadapi kekuatan rezim lokal pada beberapa dekade yang lewat, maka bayangkan bagaimana kita akan menderita kegagalan lebih besar lagi manakala berhadapan dengan jaringan dinas rahasia Tata Dunia Baru, dan kampanye massif perang melawan teror yang serentak dilakukan seluruh negara, dengan mengerahkan segenap sumber daya mereka yang terbaik; intelijen, militer, ideologi, politik, dan ekonomi?!... ini adalah kondisi yang tidak mungkin dipertahankan lebih jauh lagi. Bahkan, menurut aku, jika kita bersikukuh menggunakan metode ini dalam situasi masa kini, sama saja memaksakan upaya bunuh diri dan menjerumuskan usaha ke dalam jurang kegagalan. Menurut aku, jika kita memaksakan untuk menerapkan metode ini, sama saja kita berdosa karena ‘menipu’ (maksudnya menutupi kenyataan. Pent) terhadap para pemuda Islam awam yang bersemangat dan ingin mendedikasikan dirinya untuk berjihad. Kita bertanggung jawab atas kehancuran mereka karena memaksakan terjun menempuh jalan yang kita tahu telah terbukti (secara empiris) kegagalannya. Kita akan ditanya Allah atas setiap pengorbanan darah dari segenap generasi yang berharga ini.
Kesalahannya bukan pada metode tanzhim rahasia jihadi itu, atau pada berbagai organisasi jihad tersebut, tetapi lebih pada masalah kondisi dan keadaan yang telah berubah sejalan dengan waktu, dan berbagai premis (prakondisi syarat) yang melingkupi realitas lapangan yang kita hadapi saat ini setelah era 1990an, yang memaksa metode tersebut destruktif.
Selama beberapa kesempatan penyampaian kuliah di Afghanistan, aku memberi contoh sederhana untuk menjelaskan hal ini, dan aku akan mengulangi kembali di sini… Mari kita bayangkan bahwa kita memiliki mesin elektrik yang sangat hebat dan bagus, tetapi ia hanya dapat bekerja pada sistem listrik lama, 110 volts. Kemudian, sebagaimana terjadi di negeri-negeri kita, seluruh sistem listrik berganti menjadi 220 volts. Apa yang terjadi jika kita memaksakan untuk tetap menggunakan mesin elektrik itu? Mesin kita akan terbakar, atau korstletnya bahkan akan merambat menghantam sistem listrik di rumah kita, atau bahkan akan ikut membakar rumah kita berikut diri kita di dalamnya!! Sudah tentu kesalahan dan kelemahan tidak terletak pada mesin kita. Mesin kita sangat bagus dan sempurna, dan ia berjalan baik pada kondisi dan masanya. Tetapi situasi dan lingkungan yang melingkupinya telah membuat mesin kita ketinggalan jaman, sudah usang. Tempat paling tepat adalah di museum! Atau kita letakkan di sudut gudang, atau (kalau masih mau bernostalgia) bisa ditempatkan di lemari kaca pajangan barang antik di ruang tamu, sebagai monumen masa lalu. Anda begitu mencintainya, anda selalu mengenangnya, dan memang kenyataannya mesin itu adalah warisan dari orang tua anda. Tetapi hal-hal itu tidak dapat merubah kenyataan sekarang. Mesin hebat itu tidak dapat bekerja. Waktu telah berubah dan mesin itu harus pensiun. Inilah yang telah terjadi lewat Tata Dunia Baru terhadap metode ‘mesin’ tanzhim jihadi rahasia kita, model regional-hierarkis-rahasia yang termasyur itu.
Dan hasilnya, beberapa fenomena terjadi, yang aku ringkaskan sebagai berikut:Pertempuran antara rezim pemerintah dengan tanzhim jihadi telah berlangsung selama 1960an, 1970an, dan 1980an, selama bertahun-tahun, hingga pihak pemerintah mampu menghancurkan tanzhim jihadi tersebut. Ini terjadi setelah pertempuran yang cukup lama dan menyebabkan kerugian besar di pihak rezim pemerintah. Jihad di Syria berlangsung sekitar 10 tahun konfrontasi (1973 – 1983), demikian juga di Mesir berlangsung dalam kurun waktu yang sama atau lebih lama sedikit. Tapi lihatlah Aljazair, meski memiliki berbagai premis yang mendukung dan kondisi yang sempurna untuk gerakan jihadi, ternyata percobaan jihad berhasil dipatahkan dalam empat tahun (1992 – 1995)! Sementara berbagai usaha jihadi yang berlangsung pada akhir 1990an dan pada awal abad 21 malah tidak dapat bertahan dalam hitungan hari! Di Libanon, tanzhim yang didirikan Abu Aisyah, rohimahullah, yang dibangun selama beberapa tahun, dihancurkan hanya dalam lima hari. Di Yaman, gerakan yang dipelopori Abul Hasan Al Mihdar, rohimahullah, tamat dalam tiga hari, dll… Kesemua ini mengindikasikan bahwa ‘mesin tua’ ini telah tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman, hanya akan menghancurkan dirinya sendiri dan pemiliknya jika tetap dipaksakan untuk dijalankan.
Berikut komentar selanjutnya:Batas-batas regional dan internasional yang dahulu begitu mudah dijangkau dalam aktifitas berbagai tanzhim rahasia yang berskala regional bahkan internasional, bahkan berbagai organisasi non islami sekalipun, kemudian menjadi sempit dan tertutup sebagai akibat dari perintisan dibangunnya Tata Dunia Baru setelah 1990, dan terlebih khususnya setelah September 2001. Dahulu dunia terbagi dalam dua kutub; Timur dan Barat, sementara di dalam kutub Barat sendiri, banyak aliansi dan poros, persaingan dan perebutan kepentingan antar negara. Hal ini memberi keuntungan kepada kaum pergerakan dan aktifis ‘bawah tanah’. Jika gerakan mereka di satu negara terjepit, maka mereka dapat pergi ke negara lain yang menjadi ‘lawan politis’ dari negara tempat asal mereka. Jika mereka terdesak di satu regional yang menjadi anggota satu poros persekutuan, maka mereka dapat pergi ke regional lain yang menjadi poros lawan dari regional tempat mereka berasal. Dan di tempat baru, para aktifis serta tanzhim rahasia tersebut mendapat dukungan dan merasa aman. Mereka mampu membangun basis, tumbuh, dan menjadi makmur. Sebagai contoh, para pemberontak terhadap rezim Jamal Abdul Naser di Mesir yang (saat itu) bergabung dalam Blok Timur (Naser adalah salah satu tokoh sosialis arab – gerakan Baats), dapat pergi ke Arab Saudi meminta perlindungan Raja Faisal yang merupakan ‘proxy’ (bayangan) Blok Barat di region arab. Para penentang Saddam melancarkan operasi perlawanan dari Syria, sementara Ikhwanul Muslimin dan Tali’ah Muqotilahnya melakukan perlawanan terhadap Syria dari Iraq dan Jordan. Kaum Jihadi, Islamis, dan berbagai pembangkang politik dapat dengan bebas bepergian dari satu sudut bumi ke petak bumi yang lain, bertempat di berbagai negeri, mendapatkan perlindungan politik dan melancarkan operasi organisasinya melewati batas-batas negara…
Kini, setelah runtuhnya Russia, dan bangkitnya satu persekutuan sistem unipolar yang baru (Amerika), hampir semua negara, khususnya yang kecil dan lemah, terpaksa ikut dalam arus besar satu kutub dan menerapkan satu kebijakan seragam. Jika dahulu ada banyak kutub dan masing-masing negara bergabung dalam berbagai poros itu, maka kini pola hubungan geopolitik dan sosiopolitik seperti itu menjadi lebur/hilang. Maka berbagai kekuatan politik, negara, partai, organisasi, dll kehilangan kekuatan ‘pengikatnya’, dan terpaksa harus mengikuti tatanan politik dari rezim paling dominan di muka bumi. Semakin lemah suatu negara, atau organisasi, maka mereka harus menerima dampak paling besar dalam Tata Dunia Baru ini. Yang paling menderita adalah organisasi-organisasi perlawanan rahasia, karena mereka dipaksa untuk menghentikan aktivitasnya, melebur, menyerah, memohon pengampunan, atau berkompromi dengan rezim pemerintah yang menjadi musuhnya.
Atau pilihan yang lain: dimusnahkan. Satu pengalaman paling getir adalah yang menimpa Partai Pekerja (PKK) Kurdistan dan pemimpinnya, Abdullah Ocalan. Sebelumnya ini adalah organisasi dan partai oposisi militant paling kuat di dunia; memiliki setidaknya puluhan ribu pejuang yang tersebar di berbagai kamp militer dan front di Turki, Syria, belahan utara Iraq, dan Libanon… bahkan ia punya simpatisan fanatik di barat laut Iran. Ratusan ribu pendukung bangsa Kurdi di Eropa, khususnya Jerman, mensuplai PKK dengan sejumlah finansial yang stabil dari penghasilan bulanan mereka… jumlah yang sangat besar, hingga mencapai ratusan juta dollar setiap bulan. PKK bahkan memiliki chanel tv satelit sendiri! Sungguh ia adalah sebuah organisasi ‘empirium’ jika seandainya ia adalah tanzhim jihadi islami!
Ketika Tata Dunia Baru dipancangkan, Syria bergabung dengan poros Amerika dengan berbagai alasan, entah tamak atau takut. Maka Syria membumi hangus kamp-kamp militer PKK di Syria dan Libanon. Presiden PKK (Abdullah Ocalan) dipaksa untuk mengungsi ke berbagai negara, hingga akhirnya ia diculik dalam sebuah operasi gabungan yang melibatkan CIA, Mossad, dan intelijen Turki. Bahkan Yunani, negara musuh bebuyutan Turki, ikut membantu menangkap Ocalan dan mendeportasikannya ke Turki. Maka partai tersebut akhirnya bubar, dan basis-basisnya dihancurkan. Amerika mengeliminasi kamp yang tersisa di Iraq… sehingga mereka yang lolos, mendeklarasikan untuk ‘meletakkan senjata’ dan membentuk partai politik oposisi yang sesuai dengan standar demokrasi dan Tata Dunia Baru! Sementara pemimpinnya yang tengah dipenjara hanya dapat mengemis belas kasihan untuk meminta pengampunan agar tidak dijatuhi hukuman eksekusi mati…!
Contoh yang terakhir: Tentara Republik Irlandia (IRA – Irish Republican Army), merupakan contoh organisasi militant yang kuat, memiliki sejarah dan akar yang dalam lebih dari 100 tahun. IRA adalah organisasi yang sangat besar dan mashyur. Ia memiliki ikatan yang kuat dengan segenap komunitas Irlandia di Amerika, dan menerima support keuangan hingga miliar dollar dari mereka. IRA memiliki kamp pelatihan yang hebat di Amerika, berikut juga ia memiliki koneksi dan jaringan pendukung yang kuat di beberapa negara barat, juga dukungan negara arab seperti Aljazair dan Libya. Demikian juga beberapa organisasi kiri arab mendukungnya… Ketika Tata Dunia Baru dimulai, dan Britania (Inggris) Raya bergabung dalam aliansi inti poros Amerika, maka IRA didesak untuk menerima ‘opsi perjuangan damai’. Ia dipaksa melucuti senjatanya, membubarkan dirinya sendiri, dan cerita berakhir!
Ini beberapa contoh nyata yang telah berlalu sebelum kita, dan masih banyak lagi. Jika kita tidak mengambil peringatan dari seluruh pengalaman ini, maka jangan salahkan orang lain kecuali diri kita sendiri manakala 80% dari kekuatan kita disapu bersih lewat kampanye perang pasca 11 September, dalam waktu hanya dua tahun saja! Camkan dalam diri kita, hendaknya kita menyadari bahwa ‘mentalitas Tora Bora’ harus segera kita akhiri. (Pertempuran Tora Bora adalah salah satu episode pertempuran legendaris pada tahun 2002, ketika sekelompok kecil Mujahidin, jumlahnya kurang lebih 300 orang, mampu ‘bertahan’ di pegunungan Tora Bora, menghadapi gempuran massif balantentara Salib yang dipimpin Amerika. Memang, pertempuran Tora Bora membawa corak romantisme heroisme tersendiri bagi para pelaku sejarahnya, dan para pengamatnya. Pent)
Waktu dan kondisi telah berubah, dan kita mau tidak mau harus mendesain ulang metode konfrontasi yang sesuai dengan premis serta standard dari masa kini. Aku ulangi lagi… kelemahan utama bukanlah pada struktur atau pelaksanaan tanzhim jihadi atau pada kelemahan internal mereka. Kelemahan utama terletak pada perubahan fundamental dan revolusioner yang terjadi atas waktu kita dan premis yang melingkupinya, di mana perubahan ini telah membentuk perjalanan sejarah, masa kini, dan sudah tentu masa depan.
Bersambung… (insya Allah)
Dalam seri yang akan datang:Syaikh As Suri akan menerangkan secara detil mengenai mazhab front terbuka dan konfrontasi terang-terangan sebelum peristiwa September. Beliau menulis, “Maka, bisa kita ringkaskan kesimpulan, dengan mengatakan bahwa pengalaman front terbuka bisa dikatakan merupakan metode konfrontasi yang lebih sukses, jika dibandingkan dengan metode tanzhim rahasia-hierarkis-regional…”