Ya Ibad ~ Mengetahui apa saja yang mungkin akan dialami di medan jihad sangatlah penting, dalam rangka mengantisipasi kebingungan, shock atau bahkan depresi. Kesiapan psikologis harus kita siapkan jika kita akan berjihad, karena kenyataan yang terjadi di lapangan bisa jadi sangat jauh dari apa yang kita saksikan dalam film dokumenter jihad (video-video jihad, ed). Bahasa sederhananya, tidak melulu menembak atau menyergap musuh. Tetapi sungguh lebih besar lagi dari hal tersebut. Di sesi ini, kami akan mencoba mengetengahkan beberaa poin yang akan disampaikan secara berseri. Sebuah transisi (peralihan) kerangka berfikir sangat diperlukan ketika kita membaca poin-poin ini.
Kendala Bahasa
Kendala bahasa membuatmu merasa seperti hantu.
Ketika sampeyan ingin datang ke Bumi jihad mana-saja, sangat penting bagimu untuk mampu berbicara dengan bahasa setempat secara fasih. Jika hal ini tidak diperhatikan, maka sampeyan akan menghadapi berbagai kesulitan, khususnya ketika berusaha berbaur dan berkomunikasi dengan sesama mujahidin. Masalah terbesar bukanlah sampeyan (sekedar) tidak bisa berbicara untuk menghadirkan percakapan yang hangat atau untuk mengekspresikan diri. Pada saat pertama kali, tidak mengapa jika seseorang tidak mampu berbahasa setempat selama ia dapat mengerti beberapa (kebiasaan) ekspresi dan bahasa standar sehari-hari. Tetapi setelah berlalunya waktu, maka akan mulai terasa efeknya terhadap hati kita.
Proses sosialisasi sangat penting! Sampeyan akan menyadari hal itu, karena sampeyan akan ditinggalkan dari tiap diskusi atau percakapan dan sampeyan menjadi tidak tahu perkembangan apa-apa kecuali sampeyan diperintah langsung. Pada kondisi ini, sampeyan pasti akan mulai merasa rindu rumah, rindu kampung halaman, rindu keramahan orang-orang di negerimu, kenyamanannya, kemudahannya, dst. Sederhananya, bisikan setan mulai menghantam dengan amat keras, meski mungkin awalnya sampeyan adalah orang yang kuat dan tabah.
Temanku yang pergi ke Afghanistan bercerita betapa ia pernah begitu depresi meski ia telah membawa perangkat penerjemah setiap waktu. Ketika aku bertanya padanya, mengapa itu bisa terjadi? Ia menjawab bahwa hampir tidak ada seorang pun yang bisa menjadi tempatnya mencurahkan perasaannya. Nah, inilah yang membawa aku ke poin selanjutnya.
Membawa Teman
Memiliki teman membuat kita jadi ringan.
Salah satu sarana bagi sampeyan untuk dapat mengekspresikan diri dan punya tempat mencurahkan perasaan adalah berusaha memiliki teman yang akrab dan terpercaya yang ikut bersama ke bumi jihad. Ia haruslah sahabat yang mengerti sampeyan, kadang kita akan mengalami masa rehat yang cukup panjang, maka memiliki teman sangat penting, sebagai sarana saling mengingatkan untuk senantiasa tabah dan sabar. Sudah tentu, kewajiban tidak gugur atas dirimu ketika sampeyan tidak dapat membawa teman seperjalanan ke bumi jihad.
Berbaur Budaya
Jangan menyendiri seperti ibu jari.
Sampeyan harus mempelajari budaya setempat sebelum datang ke suatu negeri. Sampeyan harus tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh menurut tradisi mereka. Demikian juga sampeyan harus paham beberapa kultur budaya yang bertentangan dengan Syari’ah. Contohnya di Yaman, sampeyan akan melihat banyak orang mengunyah sesuatu. Hampir semua orang Yaman mengunyahnya. Yang mereka kunyah itu adalah gat (sejenis daun ganja atau khomr yang memabukkan). Jika kamu tidak tahu mengunyah gat itu haram, tentu kamu akan dengan mudah dipaksa mengikuti ‘tradisi’ orang Yaman itu. Juga penting untuk mengetahui bagaimana mereka berpakaian, dialek bahasa, dan berbagai tradisi lokal lainnya (seperti bagaimana mereka merayakan pesta pernikahan, isyarat tangan, dll). Sehingga mereka akan dapat menerima sampeyan dan tidak selamanya menganggap sampeyan orang asing.
Barang Bawaan
Periksa kembali bekal sampeyan.
Ketika pergi berjihad, sampeyan harus selalu ingat untuk membawa barang bawaan seringkas mungkin, karena sampeyan harus berpindah tempat secara tetap (nomaden, ed). Maka sangat tidak praktis jika sampeyan membawa koper besar kemana-mana, apalagi jika harus naik angkutan umum yang padat. Aku merekomendasikan supaya membawa sebuah ransel (backpack) saja yang (bahannya) kuat dan bagus, yang didesain dapat digunakan di segala musim dan cuaca. Bawalah dua atau tida setel pakaian, jangan khawatir kalau pakaian itu jadi kotor, karena di setiap basis / kamp militer, sampeyan bisa mencuci bajumu.
Bawalah perangkat pembersih tubuh (sabun mandi, dll) yang penting saja. Jangan lupa juga untuk membawa perangkat yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan cuaca dari daerah yang akan sampeyan datangi. Penting untuk membawa jam tangan yang water resist (anti air), dan dapat menyala didalam gelap (ada lampunya, ed). Jika sampeyan memerlukan sesuatu, biasanya pimpinan kamp atau seorang penanggungjawab akan membantumu.
Untuk sepatu, aku merekomendasikan sepatu boot yang fleksibel, yaitu sepatu boot yang cukup nyaman untuk dipakai dalam masa yang lama dan mudah kalau dipakai berlari. Karena biasanya medan yang dihadapi adalah perpaduan berbagai medan, seperti gunung, cadas (tanas berbatu), hutan, rawa-rawa, hingga gurun pasir. Sepatu kets cocok jika mampu menutup pergelangan kaki. Boleh juga membawa sandal untuk keperluan ke kamar mandi atau keperluan lain, tetapi dibanyak pengalaman, di kamp/basis mujahidin biasanya telah tersedia seperangkat sandal untuk sampeyan pakai. Ringkasnya, sampeyan harus punya sepasang sepatu yang kuat, nyaman dipakai dan dapat melindungi kaki. Sebagai pejuang gerilya, kakimu akan banyak merasakan medan yang berat, maka jangan segan untuk berinvestasi sepatu yang (kualitasnya) bagus serta perangkat kaki lainnya seperti pelindung lutut, pelindung pergelangan rangan, gel anti lecet, tali sepatu yang kuat, kaos kaki, dll supaya sampeyan dapat bergerak dinamis tanpa harus mendapatkan cidera seperti terkilir, patah kaki, dan lecet-lecet.
Terkait perangkat elektronik, dalam banyak pengalaman, hampir bisa dikatakan tidak bermanfaat jika sampeyan membawa handphone, karena mujahidin sudah pasti akan melarangnya. Jika sampeyan perlu untuk menelepon, maka mujahidin akan mengaturnya. Jadi membawa-bawa handphone bisa dikatakan tidak berguna, malah menambah beban dan berbahaya, apalagi jika kartu SIM-nya terpasang. Jika memang sampeyan tidak bisa tidak (harus) membawa handphone, maka lepaskan baterai dan kartu SIM-nya setiap saat hingga sampeyan diijinkan memasangnya kembali.
Tidak masalah jika sampeyan membawa mp3 player atau laptop. Biasanya ada sumber listrik untuk mencharge-nya jika diperlukan. Sampeyan mungkin juga boleh membawa kamera, tetapi harus meminta ijin dulu kepada komandanmu.
Yang terakhir, sangat penting kalau sampeyan membawa beberapa buku. Tegasnya, Al Qur’an ada di urutan pertama. Setelah itu, aku sarankan supaya membawa beberapa buku yang dapat sampeyan baca dan hafalkan, seperti hadits dan dzikir. Lalu sampeyan juga bisa membawa buku-buku bacaan lain seperti fiqh, syari’ah, siroh, sejarah, dll. Kalau belum menguasai bahasa setempat dengan fasih, maka sampeyan harus menyertakan kamus.
Jangan lupa membawa jaket yang bagus, atau jaket rompi dengan banyak kantong. Pastikan bahwa jaketmu memang cocok untuk cuaca yang ada.
Sampeyan tentu tidak ingin membawa bawaan yang berat, maka rencanakanlah dengan cermat!